Search This Blog

Friday, October 30, 2020

Parenting Tips 4 "Butuh" VS "Ingin"

Mengenal Antara Kebutuhan dengan Keinginan

gambar oleh khamasa

Penting sekali cermat dan cerdas dalam memilah “kebutuhan” dan “keinginan”. Wanita kebanyakan memiliki hobi belanja, saya juga termasuk itu “dulu", apalagi kalau sudah lihat buku 😍 (lihat aja skripsiku tentang minat baca, mau ga mau koleksi buku cerita seabreg, tapi Alhamdulillah sekarang bermanfaat untuk anak-anak, yaa walaupun ada yang korban dirobek, dicoret, its okey, mereka belajar 😂). Karena saya lagi teracuni dengan kalimat “yang penting bukan sekolah atau tidak sekolah tetapi belajar atau tidak belajar). kamu tahu bedanya? Googling sendiri ya, karena saya belum mumpuni untuk membahas itu.

Back to topik “kebutuhan vs keinginan”.

Saya belajar banyak tentang ini dari saudara kandung yang sukses keduanya bersama keluarga masing-masing tapi tampilannya sederhana. Bahkan biasa aja, menurut saya. Intinya, saya belajar bahwa berapapun jumlah yang saya terima, saya bijak. karena akan sulit bila kita terus memenuhi keranjang belanja setiap ada nominal. Setelahnya semua nominal itu akan kembali semula, rugi dong.
 

Memang butuh kerja keras membimbing anak-anak yang belum memiliki konsep ini secara konkret. Tapi bukan berarti tidak bisa ditularkan. Karena itu, saya mulai dari diri sendiri. Sebenarnya, kalau saya dan suami memang kurang suka belanja, apalagi dalam bentuk barang yang jelas tidak ada manfaatnya. Tapi terkadang kita suka khilaf pengen beliin yang anak-anak mau padahal mungkin di rumah sudah punya. Sebagai orangtua cenderung ada keinginan lebih bisa memenuhi keinginan anak-anak dibanding yang lain. Tujuannya agar anak nyaman sama kita, tapi ternyata itu salah. Bounding kita dengan anak bukan melalui benda, percaya deh itu hanya akan bertahan sebentar saja dan selebihnya akan ada permintaan-permintaan lainnya. Sebenarnya anak belajar pola kelemahan orang tua, kecenderungan orang tua yang bisa menguntungkan dirinya secara tidak langsung.

So, gimana nih solusinya?
 

Yuk kita harus belajar konsepnya dulu secara sederhana. Misal anak minta beli barang (mainan), tanyakan padanya :

*sudah punya belum (yang serupa) di rumah?

*untuk apa membeli itu?

*akan digunakan berapa lama?

*bagaimana dengan mainan yang sudah dimiliki di rumah?
 

Ini hanya contoh pertanyaan-pertanyaan yang sederhana dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan sendiri tergantung situasi. Tentunya diskusi ini sebaiknya dilakukan di rumah. Bicarakan dari hati ke hati (bisa sambil memeluk si anak).

Susah? Mungkin saja. Apalagi untuk pemula. Tapi daripada terlambat, Tidak ada salahnya bila dicoba. Jangan sampai kelak anak-anak sudah dewasa punya pola pikir “ya sudah beli saja dulu mumpung ada uang, entah buat apa, entah disimpan di mana yang penting beli dulu”. NO!! Ini salah. Akan lebih susah bila kebiasaan ini terjadi pada anak-anak yang sudah dewasa. 

Untuk itu, masa emas tidak akan terulang. Maka mulailah dari sekarang untuk lebih cermat dan bijak tentang “mana yang butuh dan mana yang sekedar ingin".
Saya juga saat baru menerapkan ini kadang hati ini masih kecolongan menuruti maunya anak. Mulai itu memang berat, tapi lebih berat lagi untuk konsisten.


Tetap semangattt… 💪

-sA-


BAPER? why not?

 
 

 
 
 
MENGELOLA 'RASA'

Pernahkah kita menemukan fakta bahwa baper itu dilarang atau "no baper baper club" yang biasa orang menyebutnya. Agaknya author kurang setuju dengan pendapat tersebut. Kenapa? Karena manusia fitrahnya memiliki rasa. Masing-masing sudah diberi kepekaan lewat rasa. Entah apa jadinya jika rasa itu tidak hadir dalam diri seseorang. Apa bedanya dengan robot? Apalagi di zaman dengan teknologi canggih, robot sudah hadir dengan kecerdasan buatan yang mana mampu membantu pekerjaan manusia tanpa mengeluh. Mungkin cuma rusak secara teknis maupun program. Tapi manusia? jelas sangat berbeda.

Allah SWT menganugrahkan rasa bukan tanpa alsasan. Banyak manfaat yang didapat melalui rasa, salah satunya kepekaan kita terhadap keadaan orang lain. Rasa menumbuhkan simpati sekaligus empati manusia sebagai makhluk sosial. Mengapa? Karena hidup akan selalu berdampingan di manapun berada. Manusia akan saling membutuhkan satu sama lain. Rasa inilah yang harus dibawa agar hubungan antar sesama berjalan sebagaimanamestinya.

Hal terpenting dari rasa hanyalah 'kelola', bagaimana mengelola rasa itu termasuk kemampuan kita menempatkannya dengan bijak. Rasa dikelola guna menjaga 'rasa' yang lain. Berikut beberapa cara mengelola rasa :

  1. Sebelum mengenal karakter rasa orang lain, apakah kita sudah mengenal diri kita sendiri seutuhnya? Jika belum, silahkan kenali diri sendiri terlebih dahulu.
  2. Kenali partner anda. Dalam hal ini, partner bisa pasangan, rekan kerja, sahabat, orang tua, teman, saudara, tetangga, dan lain-lain. Mengenali karakter partner ini untuk mengatur sikap kita ketika menghadapi situasi ataupun saat memberikan respon. 
  3. Pahami terlebih dulu topik pembicaraan. Topik ini termasuk semua hal yang tengah diperbincangkan / didiskusikan bersama dari A-Z tanpa terkecuali. 
  4. Lihat situasi yang sedang terjadi sebelum berkomentar. Jika diskusi lebih dari dua orang, maka perlu melihat dengan seksama keadaan dari masing-masing anggota yang terlibat. 
  5. Cobalah melihat topik dari sudut pandang orang lain. Dengan melakukan ini bukan berarti kita menjadi orang lain, hanya saja sejenak memposisikan diri agar memahami maksud dari persepsi orang tersebut. 
  6. Sebaiknya ungkapkan pendapat solutif. Hal ini dimaksud agar tidak menambah keruh suasana dengan menyelesaikan perbedaan dengan tenang dan bijak melihat beberapa poin yang perlu dipertimbangkan.
  7. Jika perbedaan terselesaikan dengan baik, berilah apresiasi untuk setiap orang yang terlibat atas partisipasinya. Ambil hikmah dan pelajaran yang posistif untuk projek berikutnya.

Setelah melihat beberapa poin di atas, sudah bisa diambil kesimpulan bukan bahwa 'baper' itu tidak masalah, hanya saja perlu dikelola dengan tepat. Adakalanya logika lebih dikedepankan diiringi rasa kemudian, ada saatnya juga rasa didahulukan lalu logika mengikutinya. Tergantung situasi, lawan bicara, dan topik yang sedang didiskusikan. 

baper? why not!


-sA-


Wednesday, October 21, 2020

Parenting Tips 3 "Membangun Kepercayaan"

 

Anak-anak selamanya tidak bisa diawasi oleh orang tua di segala aspek rutinitasnya. Apalagi semakin lama, anak akan tumbuh besar dan pasti suatu saat akan memiliki lingkungan bermain bersama teman-temannya. Sebagai orang tua, menaruh kepercayaan tentu sangat diperlukan mengingat bahwa anak kelak akan mengemban tanggung jawab dengan modal kepercayaan.

Lalu bagaimana cara membangun kepercayaan antar orangtua dan Anak?

1. Berikan anak sebuah tanggung jawab, bisa berupa pekerjaan rumah. Contoh bagi anak usia dini “merapikan mainan setelah selesai bermain”.

2. Buatlah sebuah tujuan sederhana mengapa hal itu perlu dilakukan yang merujuk pada keuntungan kedua belah pihak. Mengapa? agar anak pun merasakan manfaat atau akibat yang baik dari aktivitas yang dikerjakannya.

(Misal: mainan yang rapih dan dijaga akan awet untuk dimainkan jangka waktu lebih lama serta rumah yang bersih akan jauh dari penyakit).

3. Buatlah aturan secara rnci jika diperlukan. Misalnya, pembagian tugas antara kakak dan adik agar merasa dibagi dengan adil.

4. Konsekuensi pelanggaran bila tidak sesuai harus disepakati diawal bersamaan dengan perjanjian sebelumnya.


5. Mengingatkan anak akan tanggung jawab tadi bisa 5 menit setelah anak merasa lelah dan seperti akan meninggalkan mainannya atau bila ada jam bermain maka 5 menit sebelum permainan berakhir.


6. Lakukan pembicaraan mengenai tanggung jawab tersebut lebih sering atau terjadwal. Tujuannya agar tertanam dalam diri anak kelak. Misal waktu-waktu sebelum tidur bisa juga sembari bercerita santai.


7. Berikan anak surprise reward apabila tanggung jawabnya terlaksana dengan tepat. Surprise reward tidak harus berupa benda. Lebih bagus bila berupa ucapan pujian. Ingat sertakan kata “MasyaAllah atau Tabarakallah” setiap kali memuji anak. Sebab hanya dengan kuasa Allah SWT lah anak mampu melakukannya dengan baik. Namun, tetap kembali pada bahasa cinta anak untuk mengapresiasi atas usaha yang telah dilakukan. Kenali bahasa cinta mereka agar surprise reward yang diberikan dapat dirasakan juga oleh mereka.


-sA-


Sunday, October 18, 2020

Book review 5 "Draw My Life"



 
review 5

Judul Buku : Atta Halilintar “Draw My Life”

Penulis : Atta Halilintar

Penerbit : AHHA Publishing

Tahun : 2019


Pertama kalinya dalam hidup beli buku autobiografi. Jujur saya bukan penikmat biografi siapapun. Terkadang sesukses apapun orang itu atau sebesar apapun yang telah diperbuat untuk dunia, saya tidak tertarik membeli buku biografinya. Berbeda dengan kisah Nabi, Rasul, atau bahkan sahabat. Saya tentu perlu membaca kisah-kisah inspiratif mereka agar menjadi pedoman dan teladan dalam hidup.


Sebelum menjelaskan beberapa detail terkait buku tersebut, saya ingin menceritakan awal mula tertarik membeli buku ini. Saya sebenarnya lebih suka baca buku fiksi, karena tentu lebih membuat penasaran di setiap halamannya. Pembaca akan selalu menemukan hal baru atau bahkan konflik yang tidak terduga. Lalu kenapa saya membaca autobiografi?


Menurut saya, autobiografi ini mirip dengan alur cerita fiksi, yang membedakan hanya kisah ini terjadi betulan pada penulisnya. Meskipun begitu, saya memang belum pernah sengaja membeli buku autobiografi. Tapi entah kenapa buku ini mengganggu rasa penasaran saya ingin segera membacanya. Apakah saya Ateam? atau Emak AH? Entahlah. Saya memang pencinta vlog couple AH, hehe.. Tapi pada tulisan ini saya tidak ingin menceritakan tentang itu ya, tunggu mereka sah. aamiin.


Buku ini saya beli saat diskon, hahaha bukan nggak modal ya, tapi kebetulan timing-nya tepat sekali. Sekitar tanggal 12 Oktober 2020 buku ini hadir menjadi bagian dari penghuni rak buku saya, padahal buku ini telah terbit setahun yang lalu. Itulah saya, ketika membeli sesuatu perlu perhitungan yang panjang mengingat saya adalah seorang ibu yang tentu prioritas adalah anak. Alhamdulilah punya buku ini nggak nyesel dan bisa dibaca bersama anak-anak juga.


Baiklah kita mulai dari fisik bukunya dulu ya. Cover buku ini timbul, setiap halaman berwarna dan bergambar. Menurut saya ini menarik sekali, pembaca tidak merasa bosan dan tak terasa jika telah selesai sampai bagian akhir halaman. Buku ini dikemas sesuai dengan target pembaca yaitu milenial. Isi buku ini sangat ringan, setiap halaman hanya berisi beberapa kalimat dan lebih banyak gambar. Meskipun begitu, kalimat yang dipilih termasuk yang mudah dipahami, tidak baku bahkan sering menyapa pembaca. Saat saya membaca seolah mendengarkan sang penulis sedang menceritakan dalam bentuk vlog. Seru kan? Imajinasi kita ikut terbawa dan bisa merasakan pengalaman yang dialami oleh penulis.


Buku ini terdiri dari beberapa chapter atau bagian. Uniknya, kita bisa mulai membaca dari bagian manapun. Karena setiap kisah yang tertuang berbeda di tiap bagian, keterkaitannya sangat sedikit. Namun keuntungan jika membaca dari awal sampai akhir secara berurutan, menurut saya lebih dapat rangkaiannya kisahnya dari lahir hingga puncak karirnya. Kisah dibalik kesuksesan seseorang dengan konsisten kerja keras meski berkali-kali jatuh dalam kepahitan hidup.


Lahir dari serba kekurangan, hingga pernah mengalami hidup layaknya raja sekitar usia 7 tahun, namun tumbang kembali di saat usianya 11 tahun, bahkan harus memulai dari minus adalah sejarah hidup yang luar biasa. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri di setiap keadaan apalagi pernah menikmati sebuah puncak kesuksesan lalu kemudian jatuh dalam hidup yang serba kekurangan.


Pada halaman 32 terdapat alasan mengapa kehidupan sang penulis sedemikian jatuh. Meskipun tidak dijelaskan secara rinci, namun satu hal yang mungkin bisa jadi pegangan untuk semua orang bahwa “tidak mengapa kehilangan harta, asal tidak kehilangan keyakinan pada jiwa”. Sebuah tindakan yang diambil oleh orang tua penulis berdasarkan sebuah prinsip kuat tentu tidak terlahir begitu saja. Jelas disini bahwa mereka telah terdidik dan tertempa dengan baik. Terkadang tingkat pendidikan seseorang tidak bisa menjamin bahwa dirinya menjadi pribadi yang terdidik. Oleh karena itu, penting memiliki sebuah prinsip, keyakinan, dan adab sebelum akhirnya mengenyam ilmu maupun pendidikan apapun.


Buku ini juga berisi beberapa quote yang bisa menjadi inspirasi bagi pembaca. Tergantung dari sudut pandang mana pembaca bisa mengambil sisi positif dari kalimat-kalimat tersebut. Saya sangat suka dengan buku non fiksi yang menampilkan quote, karena seperti penyemangat untuk bisa bertahan dengan rasa penasaran membaca sampai akhir halaman. 

“Berpikirlah seperti orang sukses, hustle bekerja dan berdoalah seperti kamu bukan siapa-siapa”. 

pembaca akan sangat merenung untuk kalimat ini. Pada intinya dibalik setiap usaha dan kerja keras maka tetap Allah SWT sebagai penentu akhirnya. Seperti halnya mimpi dan harapan tanpa tindakan adalah sia-sia. Sedangkan usaha dan tindakan tanpa doa adalah semu.


Buku ini bisa dibaca semua kalangan, terlebih oleh anak muda yang baru saja memulai sebuah perjalanan hidup. Apalagi bagi pebisnis pemula, buku ini mengajarkan bahwa jika ingin serius dalam dagang maupun bisnis perlu dipelajari segala aspek yang berhubungan, baik itu terkait produk maupun target pasar yang akan dibidik. Dalam menjalani bisnis perlu kesiapan mental dalam menerima berbagai tantangan dalam menjalankannya. Seperti yang tertuang di halaman 138 “Gagal itu ketika kamu berhenti berusaha, bersyukur harus, cepat puas jangan”. Itulah jiwa pengusaha, tak mudah putus asa dan konsisten dalam berusaha.

baca juga : https://syifaachyar.blogspot.com/2020/10/book-review-2-merindu-baginda-nabi.html

Terakhir yang menarik buku ini adalah terletak pada halaman penutup. Ya, pembaca diajak turut dalam menuliskan mimpi atau harapan yang ingin diraihnya. Penulis menyiapkan ruang bagi pembaca untuk menuliskannya dalam bingkai sederhana. Tak lupa motivasi dari penulis turut menyertai bagian bawah bingkai tersebut. 

“STOP WISHING START DOING”.

“Kalau Aku Bisa, Kamu Juga Bisa”.

Penulis yang sangat populer dalam dunia vlogger dan youtuber merupakan sosok yang sangat konsisten dalam bidang yang tengah ditekuni. Komitmen dan konsisten merupakan dua hal kunci menuju kesuksesan. Gelombang kehidupan yang dialami telah membentuk dirinya menjadi pribadi yang melesat dan mungkin masih bisa lebih melejit dari apa yang telah diraihnya saat ini. Dibalik itu semua, adab dan perilaku yang kerap ia tunjukkan tetap menjaganya menjadi pribadi yang mudah berempati dan berjiwa sosial tinggi.


Kita bisa belajar banyak aspek kehidupan dari buku ini, belajar tentang syukur, kerja keras dan tak mudah menyerah. Tentu belajar bagaimana menghormati setiap keputusan orang tua, menghargai kerja keras orang tua dengan ringan tangan turut membantu dan belajar menjadi pribadi yang rendah hati. Tak perlu malu jika hanya tak memiliki harta ketika hidup di dunia ini, namun malu lah saat tidak berbuat apa-apa.


-sA-


Book Review 4 "Negeri 5 Menara"


review 4


Judul : Negeri 5 Menara

Penulis : A. Fuadi

Penerbit : Gramedia

Tahun : 2012 (cetakan keenambelas)


Novel pertama yang diterbitkan pada tahun 2009 ini masih bisa dinikmati hingga hari ini. Tebal hingga sekitar 400 lebih halaman membuat pembaca semakin penasaran. Bahasa yang digunakan cukup bervariasi. Cover yang diangkat untuk cetakan keenam belas terlihat menggambarkan kehidupan pesantren. Tanpa membaca dahulu, pembaca sudah bisa menyimpulkan bahwa novel ini berkisah tentang persahabatan di dalam pesantren.


Pada awal cerita, saya sedikit bosan karena belum memahami dengan benar isi cerita yang ingin disampaikan penulis. Karena saya tipe pembaca komik dan novel dengan bahasa yang ringan atau sehari-hari. Namun, hal itu tidak menyurutkan keinginan saya untuk terus membaca. Semakin banyak halaman yang dibaca, ternyata semakin membuat rasa ingin tahu bagaimana akhir kisah persahabatan mereka. Siapa sangka bahwa apa yang dikisahkan ternyata ada dalam kehidupan yang nyata. Bahkan kondisi pesantren yang digambarkan dalam novel merupakan representasi dari sebuah pesantren di Indonesia.


Alif, nama panggilan tokoh utama dalam novel ini terlahir sebagai seorang anak yang tinggal di desa. Kedua orang tuanya sangat dekat dan paham tentang agama. Setelah tamat sekolah dasar, Alif melanjutkan sekolah ke Madrasah Tsanawiyah (MTS), yaitu sekolah agama setara Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia adalah anak yang cerdas dan selalu mendapat peringkat terbaik di sekolah. Karena itu, Ia bercita-cita melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah lulus dari MTS. Tapi apa daya, keinginannya bertolak belakang dengan harapan orang tua. Sang ibu tidak memberikan izin untuk melanjutkan ke SMA. Keinginan Sang Ibu hanyalah Alif dapat bersekolah agama. Konflik pertama, terjadi perdebatan dan diskusi antara Alif dengan kedua orang tua. Hingga akhirnya Alif memutuskan pilihan Pesantren berkat informasi dari pamannya. Walau hatinya saat itu sebagian masih dipenuhi keraguan. Namun langkahnya mantap melanjutkan ke pesantren itu meski harus terpisah jauh dari keluarga dan tentu memakan waktu lama serta biaya yang lumayan menguras untuk sampai di sana.


Alif Fikri, Said Jufri, Dulmajid, Raja Lubis, Baso Salahuddin, dan Atang Yunus menjalin persahabatan yang bermula dari sebuah keterlambatan mereka datang ke masjid. Hal itu disebabkan oleh proses pemindahan barang-barang ke kamar. Mereka berenam harus menghadapi mahkama keamanan untuk diadili. Begitulah aturan Pesantren Pondok Madani (PM) yang begitu tertib dan konsisten, Siapapun yang melanggar aturan pasti akan menerima segala bentuk konsekuensi atau hukuman yang berlaku.


Berawal dari hukuman pertama itulah, mereka tak hanya sekedar menjadi sahabat namun seperti keluarga. Mereka terkadang berkumpul di bawah menara untuk saling mengobrol dan bercerita apa saja. Sahibul Menara, seperti salah satu plot kisah dalam novel ini sebagai julukan yang diberikan oleh teman-teman lain karena seringnya mereka menghabiskan waktu di bawah menara. Banyak cerita kebaikan di sana, bahkan mimpi yang mereka ungkapkan hanya dengan melihat guratan-guratan awan. Perbedaan penafsiran lukisan awan di langit sesuai dengan keinginan dan harapan mereka masing-masing di masa depan.


Konflik batin Alif tak kunjung usai meski Ia telah mendapatkan sahabat dan kehidupan menyenangkan di PM. Randai, panggilan untuk sahabat masa kecilnya terus mengusik. Bagaimana tidak ? Jika mereka berdua telah berjanji menggapai cita-cita bersama masuk SMA lalu melanjutkan perguruan tinggi ternama. Namun, nasib Alif harus menghabiskan masa yang diimpikannya di tempat yang tidak sesuai mimpinya. Apalagi ditambah kiriman surat dari Randai selalu menggoyahkan niatnya untuk menyerah untuk bersekolah di PM, ia ingin sekali lagi berbicara pada Ibunya untuk bersekolah seperti randai. Namun, ia bersyukur setiap kali rasa iri pada Randai hadir saat itu pula selalu ada kejadian yang membuatnya bersyukur berada di PM.


Sahibul Menara melewati hari-hari di PM sebagaimana mestinya seorang anak didik pesantren. Mereka melewati ujian dengan rasa gugup sekaligus bersemangat. Mereka rela mengurangi waktu istirahat hanya untuk belajar. Suasana PM menjelang ujian pun sangat mendukung. terlihat di berbagai sudut PM anak-naka lain belajar dengan gita bahkan hingga malam hari. Lampu yang biasa dimatikan menjelang jam tidur, khusus menjelang ujian lampu-lampu tetap menyala. Suasana kompetisi yang sehat sangat terasa. Semua anak murid berlomba untuk mendapatkan hasil ujian terbaik.

Seperti pesan yang disampaikan dalam novel ini berbunyi :
*saajtahidu fauqa mustawa al akhar* aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain." -Ahmad Fuadi 'Negeri 5 Menara' April 2010 hal.383
Barangsiapa yang berikhtiar lebih dari yang lain, maka hasil yang diperoleh tentu akan mengikuti, bisa melampaui yang orang lain dapatkan.

Novel ini mengisahkan bahwa kehidupan di pesantren juga bisa mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Artinya anak-anak pesantren tidak ketinggalan pengetahuan dan wawasan yang perkembangannya semakin meluas. Mereka bisa berkompetisi, melahirkan karya dari ide-ide baru yang dimiliki. Bahkan mereka bisa sampai menginjakkan karya yang diakui hingga ke luar negeri.
 
-sA-


Saturday, October 17, 2020

Parenting Tips 2


 
 
Management Gadget for Kids

Ketika teknologi semakin canggih seiring dengan pemanfaatan gadget yang juga meningkat. Apalagi di masa sekarang di mana kegiatan belajar lebih banyak dihabiskan secara online.

Bagaimana mengatasi anak yang semakin kecanduan dengan gadget. Berikut tips yang bisa diaplikasikan :

  1. Saat anak mau pinjam HP orangtua atau siapapun, biasakan untuk izin terlebih dahulu.

     

  2. Setelah izin diberikan, buatlah kesepakatan atau syarat misalnya "NO Youtube" & "NO Playstore". Jika anak belum memahami, maka berikan HP tanpa koneksi Internet.

     

  3. Kesepakatan juga termasuk untuk membatasi (semacam membuat perjanjian) apabila yang punya HP sudah mau pakai lagi, berarti habis waktunya atau berikan kesepakatan waktu diawal misalnya cukup 20 menit. Tunjukkan waktu yang disepakati pada anak, bisa menggunakan stopwatch atau jam langsung. Jika anak belum paham, cukup konsisten saja lakukan nanti akan terbiasa dan paham dengan sendirinya.

     

  4. Anak-anak tetap butuh pengawasan dari orangtua(sesekali lihatlah apa yang sedang anak lakukan dengan gadget yang diberikan). Kenapa hanya sesekali? Ini salah satu upaya untuk membangun kepercayaan diantara anak & orangtua.

     

  5. Informasikan pada anak 5 menit sebelum waktunya benar-benar habis. Pengingat ini dimaksudkan agar anak tidak terlalu kaget kkalau waktunya sudah habis.

     

  6. Jika anak kooperatif dan mematuhi perjanjian bersama tadi, maka beri dia pujian dan semangat bahwa dia sudah melakukannya dengan sangat baik. Jika diperlukan, berilah Ia sesekali hadiah atau kejutan.

     

  7. Sebaiknya selalu ingetkan anak, hal ini berlaku untuk gadget atau HP lainnya (baik punya ayahnya, sepupu, tante, om, nenek, dan lain-lain).

     

  8. Jelaskan kenapa penggunaan HP khususnya yang tersambung dengan internet itu dibatasi. Bisa dijelaskan dari sisi medis, kebaikan, keburukan, dan lain-lain. Gunakan penjelasan yang paling sederhana dan mudah dimengerti anak. penjelasan tersebut bisa didukung dengan gambar atau media lainnya.


  9. Beri penegrtian bahwa anggota tubuh yang anak-anak miliki adalah pemberian dari Allah SWT. yg harus dijaga. Contohnya mata, yang sebaiknya tidak menatap layar HP terlalu lama. Percakapan sederhananya :

    “Kakak mau disayang Allah?” Maka sayangi apa yg sudah Allah berikan untuk kakak, jaga & gunakan itu dengan benar.” 

     


  10. Ingetkan juga tentang Allah SWT yang selalu melihat anak, ada malaikat Rakib dan A’tid yang siap mencatat perilakunya (baik/buruk).

     

    Walau sepertinya sulit, lakukan saja. Karena kosnisten akan mebuahkan hasil yang maksimal suatu hari. Percayalah bahwa anak tidak selamanya bisa kita genggam pikirannya. Kita juga tidak bisa mengontrol teknologi dan yang orang lain lakukan terhadap anak-anak kita. Tidak selamanya pengawasan berada di depan mata kita. Pada akhirnya kita harus rajin sounding ke anak, mengarahkan dia, membimbing dia, dan terakhir tawakal sama pemiliknya. berdoa & berharap penjagaan dari-Nya..

     

    Barakallahufiikum...

     

    -sA-

     

Parenting Tips 1









Pernahkah kita memarahi anak lantas memandanginya

dengan penuh penyesalan yang berujung pada permintaan maaf kita saat mereka tengah terlelap?

Dengan penuh kesadaran kita pun memeluknya, menciumnya, seraya berjanji tak akan terulang.

Namun apa yang terjadi?

Dengan disadari atau tidak kita mengulanginya.

Lalu berlanjut permintaan maaf sama seperti adegan sebelumnya.

Pernahkah rasanya seperti hanya bola yang bergulir tanpa henti?

Tanpa tahu apa yang seharusnya dilakukan.

Tanpa tahu harus memulai dengan apa untuk tidak terjebak dengan masalah yang sama.

Sudahkah kita menapak tilas perjalanan hidup di dunia ini?

Apa saja yang telah terjadi dan dialami oleh diri kita sendiri?

Mungkin penyebabnya ada di beberapa bagian masa lalu kita.


Ayo kita selesaikan!

Tuntaskan!


Berdamailah dengan masa lalu agar dapat kau genggam masa depanmu.

Pasrahkan semua hal yang mengganjal ataupun menyesakkan itu di tiap-tiap sujud kita kepada-Nya.


Sederhana bukan?


Terkadang sebelum mengkaji lebih dalam sumber dari setiap permasalahan yang berkaitan dengan emosi pada anak, adakalanya perlu untuk menginteropeksi diri, mengenali diri lebih jauh, agar apapaun goresan yang mungkin terjadi pada masa kecil sudah selesai dan bisa diterima sehingga tidak menganggu pola didik kita saat ini terhadap anak-anak.


-sA-


Thursday, October 15, 2020

Daily words "February"


Samarinda, 15 Februari 2020

Hidup bahagia bukan atas standar orang lain.

Bukan karena kepentingan orang lain.

Apalagi menjadi tanggung jawab orang lain.

Melainkan,

Diri sendiri yang menciptakan.

Caranya?

"kenali diri"

who am i?

dan temukan jawabannya!


Samarinda, 16 Februari 2020

Kebaikan lebih baik disampaikan.

Kebaikan lebih utama disebarkan.

Kebaikan lebih manfaat jika dibagi kepada sesama.

Karena kebaikan sejatinya bergerak,

bukan diam dan dinikmati sendiri,

 

Samarinda, 23 Februari 2020

Fokus

Bergemulah pada fokus

agar tak hilang arah

apalagi tersesat

karena fokus

mengantarkan langkah

pada tujuan

yang telah dibuat

dengan niat dan tekad.


-sA-


book review 3 "Simfoni Hujan"

review 3


Judul buku : Simfoni Hujan

Penulis : Tiflunium

Penerbit : Gradien Mediatama

Tahun : 2017


Pertama yang dilakukan sebelum membeli buku adalah membaca resume singkat yang terdapat pada bagian belakang buku. Menarik dan membuat penasaran. Itulah yang terlintas dalam pikiran saya saat membaca ringkasannya. Karena buku ini merupakan stok terakhir, saya tidak bisa melihat isinya, tidak mungkin melepas segel plastik untuk barang yang belum dibeli. Oke, saya memutuskan untuk membeli tanpa melihat daftar isinya. Saya berasumsi bahwa ini novel, melihat bagaimana ringkasan itu seperti sebuah kisah fiksi.


Ternyata dugaan saya sedikit tepat. Mengapa? Karena buku ini mengisahkan tentang perjalanan cinta namun dikemas dalam bentuk puisi. Halaman pertama atau di awal-awal berisi puisi tentang bagaimana si penulis telah melalui berbagai ragam pertemuan dan ia merasakan perbedaan dengan seorang yang menjadi idaman. Puisi yang dituliskan menggambarkan bagaimana rasanya jatuh cinta. Seperti merasakan irama jantung yang berdegup lebih kencang, rasa gugup, dan lainnya.


Selanjutnya berkisah tentang rindu. Sebagaimana seseorang yang tengah dilanda asmara mengalami kerinduan pada sosok yang dicintainya. Mengenang pertemuan yang telah terjadi, mengingat indahnya kebersamaan yang telah dilalui. Tak lupa ada sepucuk harapan tentang masa depan yang harus diputuskan untuk bisa melangkah ke tahap impian. Diselingi dengan sebuah puisi keraguan karena sang pujaan adalah sosok yang luar biasa sedangkan dia merasa bahwa dirinya hanya manusia biasa dengan segala keterbatasan.


Selain dalam bentuk puisi, beberapa halaman berisi kisah singkat yang dikemas dengan bahasa yang puitis. Siapapun yang membaca bisa turut merasakan pesan yang terdapat dalam tulisannya.Penulis menyertakan perjuangan seseorang dalam meyakinkan pujaan hati. Setiap orang pasti pernah mengalami keraguan, ketakutan dan rasa tidak percaya. Nah, beberapa puisi maupun kisah singkatnya mencoba untuk meyakinkan bahwa tidak ada lagi hal yang perlu dirisaukan karena dengannya semua bisa terasa nyaman.


Buku ini meskipun hanya berisi kumpulan puisi, namun tidak membuat pembacanya merasa bosan. Pada halaman 68-69 terselip sebuah surat cinta yang berisi kerinduan. beberapa bait puisi tak terlupa menghiasi surat tersebut.


Ada mantera yang kau rapal pada setiap kata yang terlontar.

Menjerumuskanku ke dalam ruangan yang dipenuhi udara kenyamanan.

Melumuriku dengan gurat-gurat senyummu yang membahagiakan.


Tanpa disadari pembaca mudah terbawa suasana, kisah yang rumit, tapi sukses membuat penasaran hingga pada akhirnya tidak tertebak dengan tepat. Siapa sangka nuansa romantis yang sedari awal dibangun berakhir dengan pilu. Belajar bagaimana ikhlas merelakan perasaan. Seperti yang tertuang dalam puisi halaman 237 berbunyi,


KELAK


Ingatan tentangmu akan selalu ada

Tak mungkin hilang dari kepalaku

Tak pernah beranjak


Aku akan berusaha

Berdamai dengan keadaan

Juga diri sendiri

Kau pun harus begitu


Kelak…

Aku menemukan bahagiaku

Begitu pun denganmu


Menurut saya, buku ini membuat perasaan campur aduk. Saya tipe yang menghindari membaca novel atau cerita sad ending, karena pasti nggak bisa berpikir objektif. Tapi buku ini sangat menyentuh sekali, tiap baris kata-kata yang tertuang mampu membuat pembacanya terbuai seolah kata-kata itu untuknya atau dari diri pembaca untuk siapapun orang yang dituju.


-sA-


Wednesday, October 14, 2020

Book Review 2 "Merindu Baginda Nabi"


review 2

Judul : Merindu Baginda Nabi

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit : Republika

Tahun : 2018


Novel lawas yang masih sangat enak dibaca, karya penulis novel terbaik sepanjang masa. Sebelumnya saya pernah membaca beberapa novel beliau yang akhirnya diangkat menjadi sebuah film layar lebar. Namun dalam novel ini mengisahkan sosok figur seorang anak remaja beranjak dewasa dan perjalanan hidupnya yang tak terlepas dari teladan Sang Nabi. Meskipun fokus novel ini hanya pada satu sosok figur saja, namun tokoh lainnya memiliki peranan yang sangat penting juga dalam hidup si tokoh.

Novel ini mengisahkan hidup seorang gadis remaja bernama Rifa yang tengah menempuh pendidikan dengan like like proses yang tidak mudah. Kelulusannya dalam sebuah program pertukaran pelajar tersebut mengingatkan pada masa kecilnya yang terbuang. Ia merasa sangat beruntung menjadi anak angkat seorang pemuka agama yang akrab dipanggil abah Nur oleh warga sekitar.

Bermula dari suatu malam terdengar suara tangis bayi tergeletak tak jauh dari tempat pembuangan sampah, seorang nenek tergerak menyelamatkan bayi tersebut. Mbah Tentrem namanya. Karena tak lama berselang Mbah Tentrem menghembuskan nafas terakhirnya, bayi Rifa kemudian diasuh oleh abah Nur dan Ibu Sal. Sepasang suami istri berhati malaikat dengan tulus ikhlas merawat dan mendidiknya hingga bisa mengenyam pendidikan sampai ke luar negeri. 

Alur yang terdapat dalam kisah ini diawali dengan alur mundur yaitu menceritakan kisah awal kelahiran si tokoh, lalu menceritakan saat ini yang sedang dilakukan, kemudian maju membayangkan masa depan atau cita-cita yang ingin diraih. Dalam ceritanya, Rita sebagai tokoh utama memerankan karakter baik atau protagonist. Dia adalah sosok remaja cerdas, agamis, beradab, dan tentunya terdidik dengan sangat baik. Kedua orang tua angkatnya tidak hanya merawat serta membedakannya, tetapi juga membekalinya dengan berbagai ilmu agama yang sangat dalam sehingga itu tercermin dalam future kata, sikap, dan perilakunya.

Rifa hidup dalam kesederhanaan, namun semangat belajarnya tinggi. Kecerdasan dan keuletannya dalam menimba ilmu seringkali mengantarkannya menjadi juara di sekolah. Semua guru mengetahui rekam jejak prestasi Rifa. Hal ini tentu membuatnya menjadi primadona dan teladan bagi murid lainnya. Namun, namanya kehidupan sosial manusia, saat ada seseorang yang meraih kesuksesan tak jarang ada yang menyimpan rasa iri atas pencapaiannya. Begitu juga dengan Rifa, salah seorang teman sekelasnya sekaligus kompetitor Rifa selama ini selalu memandang iri Rifa. Bahkan Ia tak mau berteman dengan Rifa. Sampai suatu waktu Ia terjerumus mencelakai Rifa karena hasutan teman lainnya. Dalam karakter teman Rifa ini kita diajarkan untuk bisa memposisikan diri dalam persaingan belajar yang sehat, justru tidak boleh melakukan seperti yang dilakukan oleh teman Rifa. Untuk itulah, perlu memilah lingkup pertemanan agar tidak terjebak dalam perilaku yang merugikan.

Dalam novel ini terdapat beberapa kejadian yang semuanya penting dan memiliki hikmah di dalamnya. Kisah Abah Nur seorang oengajar yang tak mau dipanggil Ustadz ataupun Kyai, bahkan beliau tak berani mengajarkan kitab lain selain yang benar-benar telah beliau kuasai dan diminta oleh guru beliau. Karena beliau sangat paham bahwa pertanggungjawaban dari ilmu-ilmu tersebut sangat berat, apalagi jika salah dalam menyampaikan dan memberi contoh dalam penerapannya.

Tak kalah penting, saat Fiona memutuskan menjadi mualaf. Fiona adalah anak dari orang tua asuh Rifa saat Ia menetap sementara di luar negeri karena program pertukaran pelajar. Keputusan pindah agama tersebut bukan paksaan dari pihak manapun termasuk Rifa. Orang tua Fiona menyetujui hal tersebut karena menganggap anaknya sudah dewasa dan boleh memutuskan apapun yang dianggap terbaik untuk hidupnya.

Kisah dalam novel ini tak luput dari kisah cinta. Meskipun hanya sebagian kecil saja, tapi cukup bisa memberi pelajaran bahwa dalam mencintai seseorang kita perlu mengetahui apa yang prioritas dalam hidup. Jika kita merasa belum siap menerima lamaran seseorang maka Tak ada tak ada salah untuk menolak secara baik-baik. Bahkan lebih bagus lagi jika kita membantu mencarikan pendamping yang sesuai. Namun sebelum it, tentu libatkan diskusi dengan orang tua maupun istikharah meminta petunjuk terbaik dari Allah SWT.

Salah satu kisah yang tak pernah disangkanoleh pembaca adalah saat penulis mengungkapkan bahwa sang tokoh utama pernah mendapatkan perilaku kurang baik dari seorang pria yang ternyata masih tetangga satu desa. Pada saat yang bersamaan kabar itu diketahui justru ketika Abah Nur diminta untuk menolong pria tersebut karena sekarat di rumah sakit. Namun sayang, cara meminta tolong yang dilakukan ibu dari pria tersebut tidak beradab.

Rasanya tidak cukup jika harus merangkul semua kisah yang terjadi dalam novel ini secara keseluruhan. Pada intinya novel yang sarat makna ini wajib dibaca terutama anak-anak usia remaja mengingat tokoh utamanya adalah seorang anak remaja. Banyak hal baik yang bisa diambil hikmahnya. Bagi orang dewasa pun novel ini sangat cocok, bagaimana penerapan ilmu yang dimiliki terukir dan dampaknya bisa dirasakan oleh orang sekitar. Bukan hanya sekedar memiliki banyak ilmu namun tidak diterapkan apalagi disampaikan kepada sesama. 

"prinsip mengaji itu bukan demi lomba tebal - tebalan kitab atau banyak - banyakan sanad, tapi untuk diamalkan sehingga menjadi jalan dekat dengan Kanjeng Nabi, dekat dengan Allah"

(Habiburahman El Shirazy

Merindu Baginda Nabi hal.58)

 

 -sA-


Tuesday, October 13, 2020

Book Review "Karena Buku Senikmat Susu"


Book Review 1

Judul : Karena Buku Senikmat Susu
Penulis : Elly Damaiwati
Penerbit : Afra Publishing
Tahun : 2007

CINTA BUKU

Pertama kali jatuh cinta lagi pada membaca karena sebuah buku adalah buku ini. Ya, buku dengan judul "Karena Buku Senikmat Susu" karya Elly Damaiwati. Buku ini diterbitkan oleh Afra Publishing pada tahun 2007 terdiri dari 200 halaman. Alasan membeli buku ini jujur awalnya karena begitu populer di kalangan mahasiswa program studi pendidikan anak usia dini. Beberapa teman pernah mengatakan bahwa bukunya bagus.

Saat membaca buku ini, kita tidak seperti digurui, melainkan diajak serta untuk mendalami berbagai karakter atau teori yang diulas secara ringan tentang buku dan kaitannya dengan minat baca. Karena budaya membaca sangat bisa jika ingin diwariskan kelak pada anak-anak. Tentu kebiasaan membaca menjadi harta berharga yang tidak akan pernah habis sepanjang masa. Buku ini mengulas pendapat tentang bagaimana cara yang bisa dilakukan untuk mengajak anak mengakrabi buku yaitu sebagai berikut :

1. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan.
2. Memperkenalkan buku-buku baru.
3. Memilih waktu yang paling tepat.
4. Memberi kesempatan untuk merespon isi buku.
5. Memberikan bimbingan dalam memahami bacaan.
6. Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan hasil membaca.
7. Menggunakan cara dan waktu yang bervariasi.

Pernahkah sebagai orangtua mengobrol bersama anak-anak terkait buku yang telah mereka baca? Poin ini sangat penting. Selain membuat anak menjadi lebih bersemangat membaca, mereka merasa memiliki teman bicara yang memahami apa yang telah mereka baca. Hal ini bisa memotivasi anak untuk mencari pembahasan lebih banyak dari buku-buku lain, sehingga pada akhirnya membaca menjadi kebiasaannya untuk menemukan topik.

Selain mengulas tentang cara menumbuhkan minat baca anak melalui buku, ada juga pembahasan tentang permasalahan yang seringkali dihadapi dalam prosesnya. Salah satunya adalah cara mengenalkan buku pada anak-anak. Selain perlu menggunakan media buku yang menarik seperti bergambar, berwarna, sebaiknya gunakan teknik membaca seperti bercerita pada umumnya, bukan membaca teks pidato atau secara formal lainnya. Kebosanan anak-anak terhadap buku bisa saja disebabkan cara baca orangtua yang monoton. Karena membacakan cerita tentu perlu intonasi yang tepat sesuai alur. Terkadang tinggi, rendah, atau sesekali melucu sesuai isi cerita.

Buku ini memberikan beberapa fakta tentang pola asuh orang tua dalam mengembangkan minat baca anak. Dari keempat keluarga yang diwawancarai oleh penulis, semuanya menerapkan pola asuh demokratis. Mengajak anak untuk mengakrabi buku tentu tidak dengan paksaan. Berawal dari ngobrol ringan tentang keseharian anak juga bisa menjadi jalan untuk memulai diskusi. Saling berbicara, mendengarkan, dan menghargai pendapat tanpa beban. Kemudian diskusi itu nantinya bisa berkembang mengarah pada buku atau bacaan yang diminati oleh anak-anak.

Jika disimpulkan bahwa menumbuhkan minat baca anak perlu disertai tindakan berupa menyediakan buku yang menarik anak, membacakan buku cerita untuk anak, dan memberikan ruang diskusi santai terkait buku yang telah dibaca oleh anak. Karena minat baca tidak bisa terlahir begitu saja tanpa ada stimulus dari orang tua dan lingkungan yang mendukung. Yuk, baca buku! Karena buku senikmat susu.

 

-sA-


Terlahir dengan Takdir Berbeda