Search This Blog

Friday, August 28, 2020

NYAMAN

 *cerita singkat Faras dan Dera*

Semakin dewasa seseorang akan tergerak memilih pasangan yang mampu membuatnya merasa nyaman, bukan lagi yang hanya sekedar bertanya “sudah makan belum?”. 

gambar : freepik

Lamunanku mengembara pada luasnya kenangan masa lalu yang masih tersusun rapi dalam memori. Aku tak pernah mampu membuang barisan manis pahit yang pernah tercipta di masa dulu. Bukan karena aku tak mau, hanya saja semakin kuat usahaku menghapusnya entah mengapa justru semakin terlihat nyata. Jadi daripada aku bersusah payah melupakannya, lebih baik aku menyimpannya dengan rapi agar tak mengganggu kehidupanku di masa kini.

***

“Kamu tahu apa yang membuatku selalu kembali padamu?” tanyanya padaku.

“Apa?” aku balik bertanya.

Dia menghela napas dalam, matanya berpendar menatap langit di atas yang mulai terlihat redup, sama seperti pias wajahnya saat ini. Aku tak mengerti dengan sosok laki-laki yang kini berdiri tepat di sampingku. ‘apa sih maunya?’ rutukku dalan hati. Karena bagiku dia punya kelebihan dari segi ketampanan, kebaikan, tapi kenapa selalu gagal menjalin hubungan dengan beberapa perempuan. Ujung-ujungnya selalu kembali mencariku, berharap bisa kembali padaku. Andai jika ia tahu bahwa aku menerimanya dulu karena kasian saja. Ya, benar sekali. Aku sangat kasihan padanya bukan cinta apalagi sayang. Sejauh yang aku tahu, perasaan itu tidak bisa diciptakan apalagi dipaksakan. Karena perasaan akan tercipta dengan sendirinya oleh campur tangan Yang Maha Kuasa.


“Aku sulit melupakanmu Ras,” katanya melemah sambil menatap mataku yang tak sengaja beradu.

“Kenapa?” aku hanya sanggup balik bertanya.

“Kamu terlalu baik,” katanya mantap.

‘What? gak salah dia bilang begitu?’ kata-kataku tercekat dalam rongga tenggorokan tak mampu keluar. Aku tertunduk membisu tak tahu harus berkata apa.

“Selama menjalani dengan yang lain aku tak bisa menemukan kamu di sana,” tuturnya.

Rasanya ingin sekali memotong pembicaraanya, tapi aku tahan. Jelas saja dia tidak bisa menemukanku pada diri orang lain. Kita beda jasad, sudah pasti beda hati dan jiwa. Tak habis pikir bagaimana dia bisa ingin menjalani hubungan dengan perempuan tapi ada aku di jiwanya.

“Aku tak bisa menemukan yang lebih baik darimu.” jelasnya.

“Mungkin bukan sekarang Der, tapi aku yakin suatu saat kamu akan menemukannya,” kataku.

“Kapan? Sampai kapan aku harus menunggu? Jika ada yang baik dihadapanku, yaitu kamu, kenapa aku harus mencari yang lain?” tanyanya membrondong.

Aku hanya bisa diam, sebelum akhirnya dia meneruskan perkataannya.

“Please terima aku lagi, janji aku nggak posesif atas semua kegiatanmu,aku akan berusaha mengubah semua yang tidak kamu suka, aku akan melakukan apapun yang kamu suka saja,” katanya setengah memohon padaku.

“Aku nggak bisa, berapa kali aku harus bilang? Bagiku masa lalu itu ada bukan untuk kita kembali mengulang, cukup dijadikan pengalaman, pembelajaran, tidak lebih,” jelasku padanya sedikit panjang.

“Kamu yakin?” tanyanya padaku.

“Sangat yakin,” ucapku sungguh-sungguh.

“Suatu hari kamu akan tahu, sampai kapanpun tak ada yang bisa menggantikan kamu di hatiku,” katanya seperti terdengar ancaman sebenarnya untukku.

“Jangan begitu, tak ada satu pun yang tahu keadaan di masa depan,” kataku.

“Ya, mungkin kamu benar, aku hanya terbawa perasaanku saat ini yang begitu besar padamu,” tuturnya.

“Hati milik Sang Pencipta, mintalah pada-Nya labuhan yang tepat untuk hatimu kelak,” jelasku padanya bijak.

Dia terlihat memejamkan mata sejenak, kemudian bersiap berlalu dari pandang sebelum akhirnya ia berkata untuk terakhir kalinya.

“Makasih ya Ras untuk semua yang sudah kita lewati bersama dulu, maaf jika aku terkesan sulit berpaling darimu, semoga kamu mau memaafkan kesalahan aku yang sengaja atau tidak sengaja selama ini, makasih juga sudah meluangkan waktu sia-sia bersamaku hari ini,” jelasnya panjang lebar.

“Sama-sama, maaf jika aku mengecewakan dan tidak bisa menjadi yang terbaik bagimu, aku pulang duluan ya,” aku sengaja bergegas agar percakapan ini tak berlarut-larut.

Tak kusangka tangannya menahan lenganku, lalu ia berkata,

“Ijinkan aku duluan, aku nggak mau menatapmu berlalu,” tuturnya,

Aku hanya mengangguk dan membiarkannya pergi terlebih dahulu.

***

Ingatanku hari ini membuatku berpikir sesaat tentang sesuatu yang tak sengaja melintas. Ketika seseorang berkata rasa, maka yang hadir bukan lagi apa yang nampak di mata. Melainkan yang benar terasa sampai di relung hati. Karena beberapa pasang mata memandang seringkali dengan sudut yang berbeda. Namun, kebaikan hati, jiwa dan ketulusan mampu menundukkan pandang sehingga terciptalah nyaman yang sukar tergantikan.


 -selesai-

Terlahir dengan Takdir Berbeda