Search This Blog

Friday, January 22, 2021

JUST KEPT SILENT!

DIAM BUKAN BERARTI PENDIAM : Ini Alasan Mengapa Seseorang Diam!


Tidak semua orang diam adalah pendiam. Ada faktor yang melatarbelakangi keduanya. Karena pendiam adalah sifat yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan bergantung pada situasi. Seseorang yang memiliki sifat pendiam tidak selalu hadir dari seorang yang introvert dalam arti tidak suka bersosialisasi dan cenderung menyendiri.Justru terkadang orang dengan sifat pendiam memiliki empati yang besar dan mampu menjadi pendengar atau tempat curhat yang asyik.




Alasan seseorang menjadi pendiam sebagai berikut :

1. Pendiam karena rasa takut yang berlebihan. Tipe pendiam yang satu ini relatif memikirkan dampak yang akan ia terima jika ia berbicara. Rasa takut disalahkan atas ucapannya yang terlalu besar, sehingga membuat dirinya memilih untuk diam. Biasanya. rasa takut itu muncul karena pengalaman yang pernah ia peroleh sebelumnya. Ada kecenderungan di mana ia pernah disudutkan hanya karena ucapannya yang dianggap menyinggung lawan bicara. Pengalaman memang guru terbaik, namun bisa menjadi trauma berkepanjangan saat tak siap dan mampu mengelolanya dengan tepat.

2. Pendiam karena ingin berhati-hati. Sikap waspada ini cenderung dimiliki oleh orang-orang yang sering menggunakan pikirannya terlebih dahulu sebelum bertindak. Seseorang yang sangat hati-hati biasanya ia memiliki sifat sabar karena mampu menahan diri sebelum mengambil keputusan, termasuk memutuskan memberikan pendapat berupa kata-kata maupun tindakan.

3. Pendiam karena tidak suka keramaian. Tipe pendiam yang satu ini lebih dikenal dengan sebutan introvert. Cirinya adalah lebih suka menyendiri dengan aktivitas pribadi dan jarang berbaur. Namun, bukan berarti tipe pendiam yang satu ini benci dengan pergaulan. Mereka bisa bergaul hanya saja dalam lingkup yang kecil atau private.  Jika dihadapkan dengan lingkungan yang besar dengan banyak orang akan cenderung berbicara seperlunya atau bahkan hanya sering tersenyum dibanding bicara.

4. Pendiam karena lawan bicara lebih pintar atau banyak bicara. Dua alasan berbeda tapi sulit dibedakan. Terkadang orang menjadi pendiam karena lawan bicara yang memiliki wawasan luas melebihi dirinya, apalagi jika hal yang dibicarakan memerlukan teori dan informasi lebih rinci. Namun, ada juga yang merasa bahwa lawan bicaranya terlalu berlebihan dalam berbicara sehingga ia tak memiliki kesempatan untuk bicara. Tak jarang yang menjadi lawan bicara membantah atau sengaja membandingkan dengan kelebihan dari apa yang tengah dibicarakan.

baca juga : https://syifaachyar.blogspot.com/2020/11/parenting-tips-5-menjadi-teladan-anak.html

Hal yang perlu diingat adalah pendiam bukan perilaku buruk. Sesekali menjadi pendiam bukanlah kesalahan. Selama menjadi pendiam tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, it's okey. Ada kalanya pepatah mengatakan "diam adalah emas" itu benar adanya. Agar seseorang mampu bersabar dan menahan diri untuk berbicara sesuai kapasitas serta kondisi yang dihadapi. Lebih baik diam daripada menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya.


-sA-


Tuesday, January 19, 2021

just PROUD to be YOUR SELF!

 Pernah nggak sih mengalami insecure? Jujur! hehehe ....

Insecure lekat dengan perasaan seseorang yang sedang rendah diri. Apa penyebabnya? Yuk, simak ulasan singkat berikut ini.

Sebagian besar perempuan pernah mengalami kemunduran rasa percaya diri dalam hidupnya. Merasa orang lain lebih mampu, lebih ahli, ya pokoknya lebih dari segalanya. Sedangkan dirinya? Apalah daya semua kemampuan yang sebenanrnya dimiliki seolah tak berarti apa-apa.

Krisis kepercayaan diri biasanya muncul karena diperburuk oleh stigma lingkungan dengan perbandingan kemampuan antara perempuan satu dengan lainnya. Tak jarang bahkan yang usianya lebih tua menganggap dirinya lebih berpengalaman dan tanpa disadari merendahkan mereka yang baru mulai menjajaki tahap tersebut. Apalagi jika ditambah dengan intervensi serta tuduhan yang sama sekali tidak menggambarkan dirinya yang sebenarnya. Lingkungan tersebut tidak hanya membuatnya menjadi pribadi yang tidak percaya diri, melainkan lambat laun dapat merusak kesehatan mentalnya juga.

Satu-satunya kunci agar bisa melalui kondisi tersebut adalah bersyukur. Dalam bersyukur kita menghargai sekecil apapun yang telah dimiliki. Kita akan merasa berharga tanpa perlu melihat sudut pandang orang lain terlebih dahulu. Karena yang prioritas utama adalah diri sendiri terlebih dahulu. Seberapa besar kita menghargai diri sendiri, seberapa berharganya diri kita untuk kita sendiri.

Tak hanya itu, belajar juga untuk bersyukur atas segala yang tidak atau belum dimiliki. Percaya bahwa Allah sebaik-baik pemberi dengan tidak menaruh keraguan sedikitpun. Karena selama tidak bisa menghadirkan syukur tersebut, maka selama itulah kegelisahan dan rasa kurang selalu hadir dalam setiap elemen hidup.

Terkadang hal sederhana itulah yang terlupa oleh kita sehingga menjadikan kita pribadi yang rendah diri. Maka dari itu, mulailah mengenali diri. Karena sejatinya, setiap insan di muka bumi memiliki kelebihan yang diberikan oleh Sang Pencipta. Lantas tugas insan adalah menggali dan menyelami diri agar lebih mengenal serta paham untuk apa ia diciptakan di dunia. Fokus pada kelebihan bukan berarti melupakan kekurangan. Belajar menata, mengelola dan membimbing diri agar keduanya selaras. Bersyukur atas dua hal berbeda yang kiranya pasti Allah hadirkan untuk melengkapi hidup kita.




"Milikilah hati yang lapang, agar mampu menampung rasa syukur lebih banyak dan mulailah untuk menghargai setiap hal kecil yang telah dimiliki tanpa harus memaksakan diri demi sebuah ungkapan puja puji."

-sA-


Thursday, January 14, 2021

Blogger WannaBe

Alasan Kenapa Harus Jadi Blogger???

Blog ini lahir entah tahun berapa tepatnya, mungkin sekitar tahun 2016 atau 2017. Saya lupa karena seingat saya dulu blog ini hadir melalui sebuah aplikasi. Saat itu, saya install aplikasi blog dari playstore tanpa tahu bagaimana mengoperasikannya. Lucu bukan? Saya termotivasi oleh teman masa sekolah menengah atas yang membuat tulisan di website tentang kelas kami. Bagi yang hendak menengok seperti apa website tersebut, silahkan berkunjung ke laspati07.wordpress.com aja. Saya sangat excited karena merasa sepertinya keren saat website tersebut bisa diakses melalui google. Jangan ketawa guys! hihiihi .... (Ku merasa norak dulu, huhuu ....).



Karena tak kunjung tahu bagaimana memulai nulis di blog, akhirnya saya memutuskan untuk download aplikasi google drive. Saya mulai nulis di sana. Pada dasarnya saya suka sekali menulis apapun yang terlintas di kepala. Saya merasa enjoy dengan google drive yang bisa kapanpun dan di mana saja bisa saya pergunakan untuk menulis.

Pertama kali saya baru mulai nulis di blog ini sekitar tahun 2019 dan itu pun tidak saya atur untuk publish. Alasannya, karena tulisan itu belum rampung dan masih membingungkan. Saya sempat berpikir blog itu sepi, tak ada komunikasi antar penggunanya. Tidak seperti media sosial lainnya, kita bisa saling berteman dan menyapa. Walau saat ini tulisan pertama sudah tidak ada, karena saat ingin melanjutkan tulisan tersebut, saya sudah lupa saat itu ingin menulis apa, hahaha ....

Singkat cerita, tibalah masa pandemi yang memaksa saya untuk lebih banyak lagi di rumah. Ada satu kondisi di mana media sosial itu toxic untuk kesehatan mental saya. Berawal dari itulah, akhirnya saya memutuskan untuk menulis di blog. Saya menahan diri untuk tidak membuka media sosial yang memiliki banyak koneksi pertemanan, terkecuali untuk sarana belajar. Saya pun mulai jarang posting tulisan di media sosial tersebut. Saya berpikir untuk mulai beralih ke blog mencari suasana baru yang lebih fresh.

Tepat di tahun 2020 saya berani mempublikasikan tulisan di blog untuk kali pertama. Ternyata setelah menulis di blog, saya merasa lebih baik. Walaupun saya masih meraba 'rasa' karena blog ini wahana baru bagi saya yang belum paham seluk beluknya. Banyak hal yang ingin saya ketahui dan pelajari di blog ini. Bahkan untuk sekedar pengaturan blog pun, saya masih mencoba-coba. Mohon dimaklumi ya, jika masih belum rapih dalam pemilihan tema dan pengaturan lainnya.

Tulisan di blog ini juga belum banyak, apalagi terstruktur. Saya ingin mendalami blog agar bisa memanfaatkan media ini dengan sebaik mungkin. Saya juga ingin belajar dan berlatih menulis dengan keadaan yang lebih baik melalui blog. Semoga kelak blog ini bisa menghasilkan lebih banyak kisah dan informasi yang tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri tapi juga orang lain.


-sA-

-bloggerwannabe-


Wednesday, January 6, 2021

a HALF of ME

Aku, untuk pertama kalinya mengijakkan kaki di bumi Borneo. Tepatnya Kalimantan Timur. Tak pernah kusangka bahwa aku harus melewati tantangan yang cukup berat. Jika mengingat masa adaptasi awal, tak jarang aku mendapati momen yang mampu membasuh kembali pipiku yang kemarau. Bukan karena hati yang terluka, atau maaf yang tak pernah hadir, hanya saja trauma itu cukup membekas. Apalagi trauma itu aku bawa mau tak mau hingga hari ini.

Aku saat gadis adalah seorang yang ceria. Kesibukan yang paling aku sukai adalah baca buku, komik, atau berada di depan layar laptop, ngetik, nulis, sambil dengerin musik. Semua itu jelas berubah, saat predikatku tak lagi berjalan seorang diri di kehidupan ini. Ada tanggung jawab baru, mengemban 2 predikat baru sekaligus dalam waktu berdekatan. Oh iya, dulu hobi masa gadisku saat itu adalah bercermin. Ya, aku selalu mengagumi dan bersyukur atas karunia yang Allah SWT berikan. Walau banyak yang mengatakan aku terlalu kurus, tapi aku punya modal jika terjun ke dunia modelling. Sayang, dunia itu tak bisa aku raih karena tentu tak ada dukungan. Tapi lumayan lah pernah menjajal icip dua kali jalan ala catwalk di atas panggung, wkwk.

Kehidupanku berubah, saat aku diuji oleh-Nya dengan sesuatu yang tak kembali seperti dulu lagi. Aku mencoba 'menerima' ketetapan yang diberikan sebagai penebus segala khilafku di masa lalu. Meski sudah 7 tahun berlalu, aku mulai perlahan merasakan bahwa "aku baik dan tak lagi merasa apapun". Tak dapat dipungkiri saat diri menatap layar datar bernama cermin, aku seperti merasa ada sesuatu yang berbeda. Apalagi jika aku mulai berfoto, selfie dan bahkan bicara. Aku berbeda. Ada yang tak kusuka di sana, sesuatu yang tak ku sangka akan menemani entah sampai kapan. 

Berawal dari keterbatasanku dalam merawat seorang bayi, kekuranganku dalam mengelola perasaan yang berlebih, ketidakmampuanku menjadi 'ibu baru" untuk anak pertamaku. Semua itu menyatu, bergulir dalam diriku sendiri tanpa kutemukan solusinya. Rasa rendah diri, serba gak tahu, gak bisa, dan semua pikiran negatif yang menjerumuskan diri ke dalam jurang sedalam-dalamnya. Beruntungnya, aku punya keluarga yang sangat support untuk semua hal, lahir dan batin. Meski mereka sangat jauh terpaut oleh jarak, tapi mereka tak lelah membantuku, menarik lenganku agar tak jatuh lebih dalam dan menemukan gelap. Mereka seperti seberkas cahaya yang kerap menuntunku kembali menemukan cahaya yang lebih terang.

Ingin rasanya ku tuliskan semua yang terjadi secara rinci. Tapi aku sudah lupa bagaimana rasanya, karena syukur itu telah menutupi segala luka, sedih, kecewa dan takut yang aku rasa. Tersisa trauma yang selama ini aku coba untuk sembuhkan. Belum berhasil karena tentu saja memerluka proses panjang, mungkin seumur hidup.

Sejujurnya saat ini yang ku khawatirkan adalah bagaimana orang lain meresponku. Karena jika merka tak pernah tahu apa yang pernah menimpaku bisa saja salah paham. Sebab apa yang aku tampilkan seperti bukan keramahan. Apalagi jika mereka hanya menangkap sisi yang sebenrnya ingin ku sembunyikan saja. Lagi-lagi aku belajar berbesar hati dan mengesampingkan "apa kata orang" tentang aku.

Tak banyak yang tahu kisah itu, pun aku tak pernah membahas dengan siapapun hanya karena tak ingin menguak kembali hal yang menurutku sudah berlalu. Harapanku satu saat orang-orang baru datang di kehidupanku semoga mereka tak pernah menanyakan itu. Walau aku yakin, sebagian mereka yang bergerak di dunia medis pasti paham jika memandangku dengan seksama.

baca juga : https://syifaachyar.blogspot.com/2020/11/pura-pura-lupa.html

Kini hampir 9 tahun sudah ku lewati dengan penuh lika-liku. IKhlas, ikhlas, oh ternyata bukan perkara yang mudah. Namun aku percaya bahwa aku mau bisa. Setahun terakhir aku sering mengunjungi laman media sosial seseorang yang membuatku termotivasi untuk beraktivitas dengan kesungguhan. Dia bilang, "seharusnya tidak ada yang tidak bisa, melainkan mau atau tidak mau", karena bisa itu diawali dengan mau, karena mau mampu membulatkan tekad sehingga menjadi bisa. Aku tak mau terus berlarut dengan perkara yang sama.

Pesanku pada semua yang mengenalku, jangan sekalipun melihatku hanya dari satu sisi saja. Karena mungkin bisa kecewa, tapi lihatlah aku secara utuh dari segala penjuru, agar dapat lebih mengenalku sebelum melabeliku dengan sesuatu yang mungkin saja keliru. Mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dari diriku selama kita saling mengenal. Semoga Allah SWT meridhoi dengan keberkahan yang berlimpah untuk hidup dunia dan akhirat mu juga aku.


-sA-


Terlahir dengan Takdir Berbeda