Search This Blog

Monday, March 21, 2022

BAHAGIA versi ISTRI

Istri yang bahagia adalah istri yang penuh limpahan kasih sayang & perhatian dari suaminya. baik berupa materil maupun non materil. Begitu juga sebaliknya, istri yang sedih, muram, dan mudah marah adalah istri yang banyak menerima keacuhan dan ketidakpedulian dari suaminya.

Seorang perempuan yang sudah menjadi istri, akan dengan tidak disadari menggantungkan rasa bahagia pada suaminya. meskipun ia bisa bahagia dengan banyak hal selain itu, tapi tetap kebahagian yang hakiki terletak pada diri sang suami. bahkan mood booster yang paling ampuh bisa datang dari suami.


Mungkin berbeda dengan suami yang bisa bahagia bukan karena istrinya. suami bisa bahagia bila berolahraga, menyalurkan hobi, bermain game online, atau touring keliling kota.

walaupun tidak menyetarakan semua suami bisa bahagia dengan berbagai macam kegiatan, tapi mungkin ada juga suami yang bisa lebih bahagia karena istrinya. Jadi, bahagiakanlah istrimu maka suami pun akan turut berbahagia. Sebab kebahagiaan istri itu sifatnya menular dan menyebar. Kebahagiaan istri mampu membuat suasana rumah menjadi teduh, mampu memberi energi positif bagi anak-anak, dan lingkungan sekitar.


Saturday, March 5, 2022

behind Story Lahiran Baby Number 3

Malam hari setelah kontrol ke dokter Obgyn sekaligus cek lab persiapan opname besok, akhirnya saya mulai sounding ke anak-anak bahwa besok adalah waktunya bunda melahirkan adek. Kami sudah sepakat mengenai tempat menginap anak-anak sesuai dengan keinginan mereka, yaitu di rumah sepupunya. Malam itu juga entah kenapa anak-anak melow, tapi kelihatan berusaha tegar sembari menguatkan diri dengan berdoa. Ya, mendoakan bunda juga adek bayi semoga sehat, selamat, lancar proses melahirkanny dan segera pulang kembali ke rumah.


Sesaat sebelum kami tidur bersama, anak-anak membuat surat. Khamasa membuat surat untuk Bunda, sedangkan Kaysa untuk adek bayi. Kalau boleh jujur, baca surat-suratnya aja udah makin sedih, tapi cuma bisa sabar dan berdoa semoga ini segera berlalu.



Malam pertama Bunda di rumah sakit berjalan aman, anak-anak merasa nyaman tanpa mengeluh apapun. Drama dimulai keesokan hari, saat sepupunya harus ke Balikpapan karena ada acara, anak-anak ingin ikut. Tapi dengan diberikan pengertian dan penjelasan oleh Ayahnya, akhirnya mereka tidak ikut. Malam berikutnya anak-anak di rumah Eyang. anak-anak sengaja kami beri Handphone untuk saling berkomunikasi. Sekitar pukul 22:00 malam, Khamasa mengirim whatsup, mengatakan bahwa dia kangen, ingin video call. Duh bapernya Bunda saat itu, baru baca wa-nya aja mewek. Tapi karena anak-anak mau VC, bunda tahan tangis dan berusaha tegar.


Awal video call, kami bersikap biasa saja, ngobrol saling tanya kegiatan hari ini apa saja yang sudah dilakukan. Lama kelamaan semakin melow, anak-anak mulai nangis menahan rindu, karena bunda gak kuat lihatnya, terpaksa VC dilanjutkan oleh ayahnya. Ayah berusaha menguatkan anak-anak untuk sabar, InsyaAllah sebentar lagi kita pulang, mengingatkan anak-anak sholat dan berdoa agar Bunda dan adek bayi boleh segera pulang. Setelah itu VC ditutup dalam keadaan anak-anak sudah lebih tenang.

Keadaan yang ditujukkan anak-anak itulah yang pada akhirnya menguatkan Bunda untuk segera bisa berdiri dan ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan. Sekuat tenaga esok harinya saya belajar dengan menahan sakit. Bayangan wajah anak-anak semalam membuat saya berhasil pada hari itu juga turun dari tempat tidur, berlatih berjalan, sekaligus buang air ke kamar mandi. Alhamdulillah sore hari saat dokter visit saya sudah boleh pulang.

Ternyata setelah di rumah, Khamasa cerita bahwa malam itu saat mau tidur dia nangis, tapi diam-diam supaya gak ada yang lihat. Dia nangis karena kangen, padahal saat video call saya pikir dia tegar karena memang gak nangis seperti Kaysa.

Sebagai seorang ibu, anak-anak adalah dunia-nya, hati-nya, kebahagiaannya yang tak bisa dibandingkan atau bahkan ditukar dengan apapun. Kebersamaan yang saya bangun untuk mengusahakan selalu berkegiatan ataupun melakukan perjalanan bersama semata untuk menghangatkan keluarga kecil ini sebagaimana yang pernah saya rasakan saat kecil dulu hingga dewasa bahkan hingga saat ini meski sudah tak seintens dulu karena masing-masing memiliki keluarga.


Tuesday, March 1, 2022

Pengalaman SC ke 3 yang diRencanakan Part 2

Saat di ruang observasi, perlahan efek anestesi mulai menghilang perlahan tapi pasti. Kesakitan baru saja dimulai. Maklum karena saya masih sesar konvensional bukan metode eracs. Entah berapa suhu ruangan itu, saya hanya merasa sangat dingin, perih sekali di area sayatan secar itu. Sekuat tenaga mencoba menahan rasa sakit yang sebenarnya semakin bertambah dari waktu ke waktu. Hingga tiba saat saya hendak dikembalikan ke ruang perawatan, tentu ada perawat di ruang operasi yang mempersiapkan saya sembari membawa berkas.



saya : "Kok sakit banget ya suster?"

Perawat : "Iya ga apa-apa Bu wajar anestesinya sudah mulai hilang",

Saya : Memang ga apa-apa ya?" (dalam hati saya ini sakit banget loh sampai gigi bergemeletuk gemetaran nahan sakit dan dingin).

Perawat : "Iya ga apa-apa"

Saya cuma bisa diam kembali berusaha menahan sakit, selesai proses transfer, saya dibersihkan dan berganti pakaian dulu sebelum kembali ke ruang perawatan. Saat itulah saya kembali bertanya pada perawat ruangan. Jawabannya sama, rasa sakit itu wajar dan gak masalah. Sesampainya di kamar perawatan, ternyata suami lagi pulang ke rumah untuk mengambil pakaian kerja untuk esok hari.

Setibanya suami kembali saya mengungkapkan bahwa saya kesakitan di area jahitan. Entah saya lupa berapa kali suami bolak balik tanya ke perawat menyampaikan keluhan saya. Tapi suami kembali selalu dengan jawaban yang sama, ga apa-apa nanti ada waktunya dikasih obat pereda nyeri. Baillah, lago-lagi saya hanya bisa menahan sakit yang semakin tak terkira.

Jujur saya merasa selama ini adalah orang yang mampu menahan sakit bukan penakut. Namun, kala itu jika saya bisa gambarkan rasanya seperti tubuh ini terpisah dengan bagian kaki. Karena area jahitan di perut dan kaki belum sepenuhnya bisa bergerak karena anestesi yang belum sepenuhnya hilang. saya sampai ingin nangis tapi saya tahan, tapi ada sekali keluar air mata karena ga tahan rasanya. Saya juga bilang demikian ke suami dan dia hanya menguatkan. Jujur saya sampai sulit untuk bisa istirahat apalagi tidur karena rasa sakit yang cukup menganggu.

Sekitar beberapa jam setelahnya, barulah ada perawat yang memberikan suntikan anti nyeri melalui infus sembari berkata bahwa di dalam cairan infus itu juga sebenarnya sudah ada obat anti nyerinya. Dalam hati saya cuma bisa bilang 'tapi saya ga tahan sakitnya dan tiap orang level rasa sakit itu bisa berbeda-beda'. Alhamdulillah obatnya bekerja, perlahan mulai sedikit berkurang rasa sakitnya dan saya usahakan untuk bisa tidur malam itu.

Keesokan paginya kaki sudah mulai bisa sedikit bergerak dan beberapa kali saya ditanya apakah masih sakit sekali, saya cuma bisa jawab iya. Saya lupa setiap berapa jam ada perawat yang visit untuk cek tekanan darah. Kalau saya tidak salah ingat ada salah satu perawat yang bilang kalau masih sakit banget coba nanti sampaikan sendiri ke dokter saat visit sore, karena spengetahuan perawat tersebut ada obat anti nyeri yang tidak tercover bpjs tapi cukup ampuh untuk nyeri, obatnya dimasukkan melalui lubang (maaf) anus.

Saya senang banget waktu dokter visit, karena bisa menyampaikan keluhan sekaligus diberikan solusinya dan saat itu juga dikerjakan. Alhamdulillah setelah diberikan obat itu, rasa sakitnya sangat berkurang. Saya mulai bisa belajar bangun untuk duduk tanpa bantuan. Keesokan harinya saya belajar untuk turun dari tempat tidur, berdiri perlahan kemudian berjalan ke kamar mandi.

Total di rumah sakit cuma 3 hari. Yap, hari pertama masuk siang hari ldan angsung operasi sekitar jam 6 sore, pemulihan 2 hari. Tepat di hari ke 3 saat dokter visit sore hari, saya sudah bisa pulang. Menjelang maghrib saya pun pulang dengan jalan yang masih perlahan.



Pengalaman sesar ketiga cukup berat dan traumatis buat saya. Dulu SC pertama saya cukup kuat, begitupun sesar kedua saya lebih kuat bahkan berencana punya anak lagi setelah 5 tahun dan ternyata Allah SWT kabulkan. Tapi setelah mengalami SC yang ketiga, saya takut dan jujur tidak punya keinginan menambah anak baik dalam waktu dekat maupun jangka panjang. InsyaAllah cukup 3, hehe.

welcome to the world my baby number 3 KHANSA AZKIARA . . .


-selesai-





Terlahir dengan Takdir Berbeda