Search This Blog

Wednesday, September 29, 2021

KOMPAS IBU PROFESIONAL

*CATATAN PEREMPUAN KONFERENSI IBU PEMBAHARU 2021
*Saya Ibu Rumah Tangga dan Saya Bangga
oleh : Syifa Achyar
Mahasisiwi Bunda Salihah batch#1
Institut Ibu Profesional


Dulu Aku Hilang Arah, Kini Terarah


Jauh sebelum menapaki dunia dengan jabatan ibu rumah tangga, aku adalah seorang yang ingin sibuk. Bagiku menjadi mahasisiwi di salah satu perguruan tinggi negeri Jakarta dengan domisili kabupaten Bogor membuatku teramat sibuk. Walau terkesan sibuk di jalan, tapi aku pernah menjajal dunia kerja dengan cara menjadi guru private untuk anak sekolah dasar. Senang rasanya ketika para orang tua memberikan respon positif atas semangat belajar anak-anaknya. Aku tak pernah sedikitpun berpikir apalagi membayangkan akan menjadi seorang Ibu rumah tangga seutuhnya. Ya, utuh tanpa tapi.






Aku bukan pengusaha, pedagang, ataupun predikat lainnya selain murni Ibu rumah tangga. Tepatnya itu dimulai saat kehamilan anak pertama, aku merasakan mual dan muntah luar biasa di semester pertama. Karena merasa sungkan, aku memilih resign dari profesiku sebagai guru Taman Kanak-kanak. Kebayang kan kalau guru TK harus ceria siap menghadapi anak-anak selama proses belajar, tidak mungkin lemah dan lesu seperti yang bisa ditampilkan saat itu. Berawal dari situlah, aku tidak pernah lagi menyentuh pekerjaan publik hingga detik ini. Tentu pada mulanya tidak berjalan baik-baik saja. Ada pergolakan batin, pikiran dan merasa tidak dihargai. Apalagi gelar pendidikan anak yang tersemat sebagai fresh graduate saat itu seolah tak berguna. Padahal jelas sekali dulu aku membanggakan gelar tersebut karena ilmunya bisa diterapkan untuk anak sendiri. Tapi faktanya, aku seperti kehilangan arah. Aku tak tahu harus berbuat apa untuk anak pertamaku. Kosong, tanpa ilmu, begitu yang aku rasakan setidaknya ketika semakin ditambah dengan banyaknya intervensi yang hadir menambah rasa tidak percaya diri. Begitupun saat anak kedua lahir, walau setidaknya ada sedikit perubahan, tapi tetap saja aku seperti bukan ibu yang memahami mereka dengan tepat.


Tak berselang lama, September 2017 tanpa sengaja aku melihat salah satu postingan di media sosial milik temanku yang mengisahkan asyiknya berada dalam sebuah komunitas belajar online khusus para ibu. Aku penasaran sekaligus bersemangat sekali ingin ikut belajar juga dalam komunitas tersebut. Tak perlu waktu lama, aku langsung menekan tombol klik daftar dan tanpa terasa proses selama kurang lebih 3 tahun yang sudah berlalu memberi banyak perubahan dalam diriku. Ada satu hal yang berkesan untukku saat awal mendaftar dulu, ada persetujuan (izin suami) yang perlu kita isi sebelum klik kirim form pendaftaran. Bagiku ini poin penting, meski istri belajar, tetap keberadaannya menghormati suami sebagaimana peran istri seharusnya.


Aku semakin menyadari profesiku sebagai ibu rumah tangga, sekaligus lebih menghargai diri dengan semua usaha yang sudah aku lakukan untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki. Ketika banyak anggapan bahwa ibu rumah tangga itu nggak ngapa-ngapain di rumah, justru banyak aktivitas yang bisa bernilai ibadah tergantung bagaimana niat yang kita ucapkan setiap hari. Ya, dari Ibu Profesional aku belajar apa itu komitmen dan konsisten berperan sebagai ibu rumah tangga. Setiap istri dan ibu pasti memiliki kesibukan masing-masing, namun kesibukan bukanlah alasan untuk kita menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab. Komitmen dan konsisten adalah bagian dari tanggung jawab. Semakin aku merasa bahwa hidup di dunia penuh tanggung jawab, maka kesungguhan itu akan hadir dengan sendirinya. Seperti yang selalu terngiang-ngiang olehku kalimat bijak dari seorang ahli sekaligus co founder Ibu Profesional (koreksi jika keliru) Pak Dodik Mariyanto “Bersungguh-sungguhlah kamu di dalamnya, maka kamu akan keluar dengan kesungguhan”. Kalimat itu mengisyaratkan bahwa setiap apapun yang dilakukan dengan kesungguhan maka akan mendapatkan hasil sesuai dengan kesungguhannya. Ibarat pepatah “tidak ada usaha yang menghianati hasil”. Tentu usaha pun harus dibersamai dengan do’a, karena Allah subhanahu wata’ala ialah penentu hasil akhir skenario terbaik hidup kita.


Belajar di Ibu Profesional membuatku menghargai waktu, mengisinya hanya untuk hal-hal yang bermanfaat. Sehingga rasa syukur itu kian meluas, meski kondisi terkadang tidak selamanya baik, namun hati kini jauh lebih siap dengan setiap keadaan. Sigap dalam mengendalikan diri dari rasa yang tidak karuan, sigap menerima perasaan anak apapun bentuknya, dan sigap dalam setiap aktivitas domestik yang teratur. Aku juga belajar untuk tidak memaksakan diri terhadap suatu aktivitas yang ternyata tidak bisa dikerjakan. Belajar membuat keputusan “delegasikan” buatku adalah hal yang baru. Karena dulu aku lebih menyukai semua dikerjakan sendiri, sekarang aku belajar untuk mendelegasikan mana yang tidak lagi terjamah oleh tangan dan waktuku. Ya, semua itu aku belajar di Ibu Profesional.





Selain itu, aku bisa menjadi ibu rumah tangga yang maju dalam arti tidak tertinggal oleh zaman dengan segala kecanggihannya. Founder Ibu Profesional, Ibu Septi Peni seringkali berkata “Every mother is changemakers”, kalimat yang tak asing karena memang sejatinya ibu adalah pendidik peradaban. Ia harus siap menjadi ibu pembaharu di setiap peradaban yang dibangun bersama keluarga kecilnya. Dengan berbekal ilmu dan penerapan yang sesuai dengan zamannya. Peradaban yang kelak berguna membersamai dunia anak-anaknya di masa mendatang. Siapa bilang ibu rumah tangga tak berperan untuk dunia? Tangan-tangan cekatan miliknya mampu membuat perubahan kecil dari rumah untuk dunia. Belajar di mana? Tentu di Ibu Profesional, karena dampak luas dari proses belajar di Ibu Profesional ini ada dalam tahapan komponen Institut saat kita melewati kelas Bunda Salihah.


Serangkaian tahapan belajar di Institut Ibu Profesional memiliki manfaat yang beragam dan mampu merangkul segala lini. Saat mengunyah matrikulasi, aku belajar tentang diri sendiri, baik dari segi masalah atau luka di masa kecil yang belum terselesaikan sampai pada ranah aktivitas suka dan bisa. Alhamdulillah sampai saat ini masih konsisten pada bidang yang disukai dan bisa dilakukan. Berbeda ketika mengikuti kelas Bunda Sayang, prioritas utama adalah kebersamaan dengan anak-anak. Banyak tips dan trik yang diajarkan untuk membersamai anak, mulai dari membangun komunikasi produktif, menghargai setiap kemampuan anak yang dikemas dalam tema semua anak adalah bintang, keluarga multimedia, dan masih banyak tema lainnya yang berhasil diikuti dengan konsisten.


Berikutnya tahapan di kelas Bunda Cekatan, inilah awal bagaimana aku bisa berkata “delegasikan” karena bidang yang aku pilih adalah manajemen waktu. Belajar bersama teman-teman, baik yang memiliki dilema yang sama maupun yang sudah ahli. Kita saling berbagi ilmu dan wawasan. Ternyata dengan manajemen waktu yang optimal, kita bisa menghabiskan waktu tanpa merasa bahwa pekerjaan ibu itu tidak ada habisnya. Apalagi saat aku melalui tahap kepompong dengan tantangan 30 hari tanpa jeda, semakin terasa bahwa sehari penuh bisa dimanfaatkan dengan sangat baik bahkan cenderung menjadi lebih ringan.


Di kelas berikutnya ialah Bunda produktif tentu lebih menantang. Bergabung menjadi sebuah cohousing yang artinya memiliki tetangga dengan passion sama itu seru sekali. Sudah pasti akan sulit ditemukan dalam kehidupan nyata, tapi di dunia virtual ala Ibu profesional semuanya bisa menjadi nyata. Alhamdulillah dipertemukan dengan teman-teman yang sudah ahli di bidang kepenulisan. Inilah pertama kali yang membuatku aktif kembali di blog. Beberapa draft tulisan blog akhirnya berani untuk ditampilkan. Aku juga berani memberi konten tulisan untuk blog bersama. Melalui bunda produktif ini juga, aku belajar mengoptimalkan aplikasi dan media sosial. Dengan harapan bahwa ketika ibu bisa produktif melalui passionnya, maka tak ada salahnya memberi wadah untuk anak menyalurkan passionnya juga. Walau masih anak-anak, mencari dan menggali passion bisa untuk sedini mungkin dimulai. Pada akhirnya, hal ini mengantarkanku untuk memaksimalkan youtube sebagai sarana anak-anak mengekspresikan apa yang mereka sukai dan bisa dilakukan. Anak-anak sangat senang saat mereka bisa menampilkan karya yang bisa dilihat oleh teman-temannya. Selain membantu menemukan passion, juga sekaligus bisa melatih kepercayaan diri mereka.





Kini aku berada di tahapan yang sungguh luar biasa menantang dan memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Karena di kelas Bunda Salihah kami terbentuk menjadi tim, menyelesaikan satu masalah dengan tujuan solusi yang didapatkan bisa menjadi aksi dan berdampak bagi orang lain serta perubahan bagi dunia. Tujuan yang tidak untuk dicapai dengan waktu singkat, masih berharap dan berdoa semoga Allah subhanahu wata’ala mudahkan dan mampukan untuk mencapainya.


Ibu rumah tangga sudah sepatutnya tak bisa lagi dianggap sepele, apalagi remahan. Yuk, mulai tinggalkan kalimat-kalimat yang merendahkan diri seperti “apalah aku remahan rengginang”. Mari kita tingkatkan kualitas diri dengan tetap terus belajar dan berbenah. Tidak ada kata terlambat, bukankah “menuntut ilmu sampai ke liang lahat”? Semangat untuk para perempuan dengan jabatan Ibu Rumah Tangga. Semoga lelahmu membersamai keluarga menjadi berkah dan kebahagiaan yang tiada tara.




Barakallahufiikum.



#1dekadeibuprofesional

#sayembaracatatanperempuanKIP2021

#konferensiibupembaharu2021

#ibuprofesional

#darirumahuntukdunia

#semestakaryauntukindonesia

#ibuprofesionaluntukindonesia


Terlahir dengan Takdir Berbeda