Search This Blog

Friday, October 30, 2020

BAPER? why not?

 
 

 
 
 
MENGELOLA 'RASA'

Pernahkah kita menemukan fakta bahwa baper itu dilarang atau "no baper baper club" yang biasa orang menyebutnya. Agaknya author kurang setuju dengan pendapat tersebut. Kenapa? Karena manusia fitrahnya memiliki rasa. Masing-masing sudah diberi kepekaan lewat rasa. Entah apa jadinya jika rasa itu tidak hadir dalam diri seseorang. Apa bedanya dengan robot? Apalagi di zaman dengan teknologi canggih, robot sudah hadir dengan kecerdasan buatan yang mana mampu membantu pekerjaan manusia tanpa mengeluh. Mungkin cuma rusak secara teknis maupun program. Tapi manusia? jelas sangat berbeda.

Allah SWT menganugrahkan rasa bukan tanpa alsasan. Banyak manfaat yang didapat melalui rasa, salah satunya kepekaan kita terhadap keadaan orang lain. Rasa menumbuhkan simpati sekaligus empati manusia sebagai makhluk sosial. Mengapa? Karena hidup akan selalu berdampingan di manapun berada. Manusia akan saling membutuhkan satu sama lain. Rasa inilah yang harus dibawa agar hubungan antar sesama berjalan sebagaimanamestinya.

Hal terpenting dari rasa hanyalah 'kelola', bagaimana mengelola rasa itu termasuk kemampuan kita menempatkannya dengan bijak. Rasa dikelola guna menjaga 'rasa' yang lain. Berikut beberapa cara mengelola rasa :

  1. Sebelum mengenal karakter rasa orang lain, apakah kita sudah mengenal diri kita sendiri seutuhnya? Jika belum, silahkan kenali diri sendiri terlebih dahulu.
  2. Kenali partner anda. Dalam hal ini, partner bisa pasangan, rekan kerja, sahabat, orang tua, teman, saudara, tetangga, dan lain-lain. Mengenali karakter partner ini untuk mengatur sikap kita ketika menghadapi situasi ataupun saat memberikan respon. 
  3. Pahami terlebih dulu topik pembicaraan. Topik ini termasuk semua hal yang tengah diperbincangkan / didiskusikan bersama dari A-Z tanpa terkecuali. 
  4. Lihat situasi yang sedang terjadi sebelum berkomentar. Jika diskusi lebih dari dua orang, maka perlu melihat dengan seksama keadaan dari masing-masing anggota yang terlibat. 
  5. Cobalah melihat topik dari sudut pandang orang lain. Dengan melakukan ini bukan berarti kita menjadi orang lain, hanya saja sejenak memposisikan diri agar memahami maksud dari persepsi orang tersebut. 
  6. Sebaiknya ungkapkan pendapat solutif. Hal ini dimaksud agar tidak menambah keruh suasana dengan menyelesaikan perbedaan dengan tenang dan bijak melihat beberapa poin yang perlu dipertimbangkan.
  7. Jika perbedaan terselesaikan dengan baik, berilah apresiasi untuk setiap orang yang terlibat atas partisipasinya. Ambil hikmah dan pelajaran yang posistif untuk projek berikutnya.

Setelah melihat beberapa poin di atas, sudah bisa diambil kesimpulan bukan bahwa 'baper' itu tidak masalah, hanya saja perlu dikelola dengan tepat. Adakalanya logika lebih dikedepankan diiringi rasa kemudian, ada saatnya juga rasa didahulukan lalu logika mengikutinya. Tergantung situasi, lawan bicara, dan topik yang sedang didiskusikan. 

baper? why not!


-sA-


 

No comments:

Post a Comment

Terlahir dengan Takdir Berbeda