Search This Blog

Friday, October 30, 2020

Parenting Tips 4 "Butuh" VS "Ingin"

Mengenal Antara Kebutuhan dengan Keinginan

gambar oleh khamasa

Penting sekali cermat dan cerdas dalam memilah “kebutuhan” dan “keinginan”. Wanita kebanyakan memiliki hobi belanja, saya juga termasuk itu “dulu", apalagi kalau sudah lihat buku 😍 (lihat aja skripsiku tentang minat baca, mau ga mau koleksi buku cerita seabreg, tapi Alhamdulillah sekarang bermanfaat untuk anak-anak, yaa walaupun ada yang korban dirobek, dicoret, its okey, mereka belajar 😂). Karena saya lagi teracuni dengan kalimat “yang penting bukan sekolah atau tidak sekolah tetapi belajar atau tidak belajar). kamu tahu bedanya? Googling sendiri ya, karena saya belum mumpuni untuk membahas itu.

Back to topik “kebutuhan vs keinginan”.

Saya belajar banyak tentang ini dari saudara kandung yang sukses keduanya bersama keluarga masing-masing tapi tampilannya sederhana. Bahkan biasa aja, menurut saya. Intinya, saya belajar bahwa berapapun jumlah yang saya terima, saya bijak. karena akan sulit bila kita terus memenuhi keranjang belanja setiap ada nominal. Setelahnya semua nominal itu akan kembali semula, rugi dong.
 

Memang butuh kerja keras membimbing anak-anak yang belum memiliki konsep ini secara konkret. Tapi bukan berarti tidak bisa ditularkan. Karena itu, saya mulai dari diri sendiri. Sebenarnya, kalau saya dan suami memang kurang suka belanja, apalagi dalam bentuk barang yang jelas tidak ada manfaatnya. Tapi terkadang kita suka khilaf pengen beliin yang anak-anak mau padahal mungkin di rumah sudah punya. Sebagai orangtua cenderung ada keinginan lebih bisa memenuhi keinginan anak-anak dibanding yang lain. Tujuannya agar anak nyaman sama kita, tapi ternyata itu salah. Bounding kita dengan anak bukan melalui benda, percaya deh itu hanya akan bertahan sebentar saja dan selebihnya akan ada permintaan-permintaan lainnya. Sebenarnya anak belajar pola kelemahan orang tua, kecenderungan orang tua yang bisa menguntungkan dirinya secara tidak langsung.

So, gimana nih solusinya?
 

Yuk kita harus belajar konsepnya dulu secara sederhana. Misal anak minta beli barang (mainan), tanyakan padanya :

*sudah punya belum (yang serupa) di rumah?

*untuk apa membeli itu?

*akan digunakan berapa lama?

*bagaimana dengan mainan yang sudah dimiliki di rumah?
 

Ini hanya contoh pertanyaan-pertanyaan yang sederhana dan sangat memungkinkan untuk dikembangkan sendiri tergantung situasi. Tentunya diskusi ini sebaiknya dilakukan di rumah. Bicarakan dari hati ke hati (bisa sambil memeluk si anak).

Susah? Mungkin saja. Apalagi untuk pemula. Tapi daripada terlambat, Tidak ada salahnya bila dicoba. Jangan sampai kelak anak-anak sudah dewasa punya pola pikir “ya sudah beli saja dulu mumpung ada uang, entah buat apa, entah disimpan di mana yang penting beli dulu”. NO!! Ini salah. Akan lebih susah bila kebiasaan ini terjadi pada anak-anak yang sudah dewasa. 

Untuk itu, masa emas tidak akan terulang. Maka mulailah dari sekarang untuk lebih cermat dan bijak tentang “mana yang butuh dan mana yang sekedar ingin".
Saya juga saat baru menerapkan ini kadang hati ini masih kecolongan menuruti maunya anak. Mulai itu memang berat, tapi lebih berat lagi untuk konsisten.


Tetap semangattt… 💪

-sA-


 

No comments:

Post a Comment

Terlahir dengan Takdir Berbeda