Search This Blog

Wednesday, October 14, 2020

Book Review 2 "Merindu Baginda Nabi"


review 2

Judul : Merindu Baginda Nabi

Penulis : Habiburrahman El Shirazy

Penerbit : Republika

Tahun : 2018


Novel lawas yang masih sangat enak dibaca, karya penulis novel terbaik sepanjang masa. Sebelumnya saya pernah membaca beberapa novel beliau yang akhirnya diangkat menjadi sebuah film layar lebar. Namun dalam novel ini mengisahkan sosok figur seorang anak remaja beranjak dewasa dan perjalanan hidupnya yang tak terlepas dari teladan Sang Nabi. Meskipun fokus novel ini hanya pada satu sosok figur saja, namun tokoh lainnya memiliki peranan yang sangat penting juga dalam hidup si tokoh.

Novel ini mengisahkan hidup seorang gadis remaja bernama Rifa yang tengah menempuh pendidikan dengan like like proses yang tidak mudah. Kelulusannya dalam sebuah program pertukaran pelajar tersebut mengingatkan pada masa kecilnya yang terbuang. Ia merasa sangat beruntung menjadi anak angkat seorang pemuka agama yang akrab dipanggil abah Nur oleh warga sekitar.

Bermula dari suatu malam terdengar suara tangis bayi tergeletak tak jauh dari tempat pembuangan sampah, seorang nenek tergerak menyelamatkan bayi tersebut. Mbah Tentrem namanya. Karena tak lama berselang Mbah Tentrem menghembuskan nafas terakhirnya, bayi Rifa kemudian diasuh oleh abah Nur dan Ibu Sal. Sepasang suami istri berhati malaikat dengan tulus ikhlas merawat dan mendidiknya hingga bisa mengenyam pendidikan sampai ke luar negeri. 

Alur yang terdapat dalam kisah ini diawali dengan alur mundur yaitu menceritakan kisah awal kelahiran si tokoh, lalu menceritakan saat ini yang sedang dilakukan, kemudian maju membayangkan masa depan atau cita-cita yang ingin diraih. Dalam ceritanya, Rita sebagai tokoh utama memerankan karakter baik atau protagonist. Dia adalah sosok remaja cerdas, agamis, beradab, dan tentunya terdidik dengan sangat baik. Kedua orang tua angkatnya tidak hanya merawat serta membedakannya, tetapi juga membekalinya dengan berbagai ilmu agama yang sangat dalam sehingga itu tercermin dalam future kata, sikap, dan perilakunya.

Rifa hidup dalam kesederhanaan, namun semangat belajarnya tinggi. Kecerdasan dan keuletannya dalam menimba ilmu seringkali mengantarkannya menjadi juara di sekolah. Semua guru mengetahui rekam jejak prestasi Rifa. Hal ini tentu membuatnya menjadi primadona dan teladan bagi murid lainnya. Namun, namanya kehidupan sosial manusia, saat ada seseorang yang meraih kesuksesan tak jarang ada yang menyimpan rasa iri atas pencapaiannya. Begitu juga dengan Rifa, salah seorang teman sekelasnya sekaligus kompetitor Rifa selama ini selalu memandang iri Rifa. Bahkan Ia tak mau berteman dengan Rifa. Sampai suatu waktu Ia terjerumus mencelakai Rifa karena hasutan teman lainnya. Dalam karakter teman Rifa ini kita diajarkan untuk bisa memposisikan diri dalam persaingan belajar yang sehat, justru tidak boleh melakukan seperti yang dilakukan oleh teman Rifa. Untuk itulah, perlu memilah lingkup pertemanan agar tidak terjebak dalam perilaku yang merugikan.

Dalam novel ini terdapat beberapa kejadian yang semuanya penting dan memiliki hikmah di dalamnya. Kisah Abah Nur seorang oengajar yang tak mau dipanggil Ustadz ataupun Kyai, bahkan beliau tak berani mengajarkan kitab lain selain yang benar-benar telah beliau kuasai dan diminta oleh guru beliau. Karena beliau sangat paham bahwa pertanggungjawaban dari ilmu-ilmu tersebut sangat berat, apalagi jika salah dalam menyampaikan dan memberi contoh dalam penerapannya.

Tak kalah penting, saat Fiona memutuskan menjadi mualaf. Fiona adalah anak dari orang tua asuh Rifa saat Ia menetap sementara di luar negeri karena program pertukaran pelajar. Keputusan pindah agama tersebut bukan paksaan dari pihak manapun termasuk Rifa. Orang tua Fiona menyetujui hal tersebut karena menganggap anaknya sudah dewasa dan boleh memutuskan apapun yang dianggap terbaik untuk hidupnya.

Kisah dalam novel ini tak luput dari kisah cinta. Meskipun hanya sebagian kecil saja, tapi cukup bisa memberi pelajaran bahwa dalam mencintai seseorang kita perlu mengetahui apa yang prioritas dalam hidup. Jika kita merasa belum siap menerima lamaran seseorang maka Tak ada tak ada salah untuk menolak secara baik-baik. Bahkan lebih bagus lagi jika kita membantu mencarikan pendamping yang sesuai. Namun sebelum it, tentu libatkan diskusi dengan orang tua maupun istikharah meminta petunjuk terbaik dari Allah SWT.

Salah satu kisah yang tak pernah disangkanoleh pembaca adalah saat penulis mengungkapkan bahwa sang tokoh utama pernah mendapatkan perilaku kurang baik dari seorang pria yang ternyata masih tetangga satu desa. Pada saat yang bersamaan kabar itu diketahui justru ketika Abah Nur diminta untuk menolong pria tersebut karena sekarat di rumah sakit. Namun sayang, cara meminta tolong yang dilakukan ibu dari pria tersebut tidak beradab.

Rasanya tidak cukup jika harus merangkul semua kisah yang terjadi dalam novel ini secara keseluruhan. Pada intinya novel yang sarat makna ini wajib dibaca terutama anak-anak usia remaja mengingat tokoh utamanya adalah seorang anak remaja. Banyak hal baik yang bisa diambil hikmahnya. Bagi orang dewasa pun novel ini sangat cocok, bagaimana penerapan ilmu yang dimiliki terukir dan dampaknya bisa dirasakan oleh orang sekitar. Bukan hanya sekedar memiliki banyak ilmu namun tidak diterapkan apalagi disampaikan kepada sesama. 

"prinsip mengaji itu bukan demi lomba tebal - tebalan kitab atau banyak - banyakan sanad, tapi untuk diamalkan sehingga menjadi jalan dekat dengan Kanjeng Nabi, dekat dengan Allah"

(Habiburahman El Shirazy

Merindu Baginda Nabi hal.58)

 

 -sA-


 

No comments:

Post a Comment

Terlahir dengan Takdir Berbeda