Search This Blog

Thursday, October 15, 2020

book review 3 "Simfoni Hujan"

review 3


Judul buku : Simfoni Hujan

Penulis : Tiflunium

Penerbit : Gradien Mediatama

Tahun : 2017


Pertama yang dilakukan sebelum membeli buku adalah membaca resume singkat yang terdapat pada bagian belakang buku. Menarik dan membuat penasaran. Itulah yang terlintas dalam pikiran saya saat membaca ringkasannya. Karena buku ini merupakan stok terakhir, saya tidak bisa melihat isinya, tidak mungkin melepas segel plastik untuk barang yang belum dibeli. Oke, saya memutuskan untuk membeli tanpa melihat daftar isinya. Saya berasumsi bahwa ini novel, melihat bagaimana ringkasan itu seperti sebuah kisah fiksi.


Ternyata dugaan saya sedikit tepat. Mengapa? Karena buku ini mengisahkan tentang perjalanan cinta namun dikemas dalam bentuk puisi. Halaman pertama atau di awal-awal berisi puisi tentang bagaimana si penulis telah melalui berbagai ragam pertemuan dan ia merasakan perbedaan dengan seorang yang menjadi idaman. Puisi yang dituliskan menggambarkan bagaimana rasanya jatuh cinta. Seperti merasakan irama jantung yang berdegup lebih kencang, rasa gugup, dan lainnya.


Selanjutnya berkisah tentang rindu. Sebagaimana seseorang yang tengah dilanda asmara mengalami kerinduan pada sosok yang dicintainya. Mengenang pertemuan yang telah terjadi, mengingat indahnya kebersamaan yang telah dilalui. Tak lupa ada sepucuk harapan tentang masa depan yang harus diputuskan untuk bisa melangkah ke tahap impian. Diselingi dengan sebuah puisi keraguan karena sang pujaan adalah sosok yang luar biasa sedangkan dia merasa bahwa dirinya hanya manusia biasa dengan segala keterbatasan.


Selain dalam bentuk puisi, beberapa halaman berisi kisah singkat yang dikemas dengan bahasa yang puitis. Siapapun yang membaca bisa turut merasakan pesan yang terdapat dalam tulisannya.Penulis menyertakan perjuangan seseorang dalam meyakinkan pujaan hati. Setiap orang pasti pernah mengalami keraguan, ketakutan dan rasa tidak percaya. Nah, beberapa puisi maupun kisah singkatnya mencoba untuk meyakinkan bahwa tidak ada lagi hal yang perlu dirisaukan karena dengannya semua bisa terasa nyaman.


Buku ini meskipun hanya berisi kumpulan puisi, namun tidak membuat pembacanya merasa bosan. Pada halaman 68-69 terselip sebuah surat cinta yang berisi kerinduan. beberapa bait puisi tak terlupa menghiasi surat tersebut.


Ada mantera yang kau rapal pada setiap kata yang terlontar.

Menjerumuskanku ke dalam ruangan yang dipenuhi udara kenyamanan.

Melumuriku dengan gurat-gurat senyummu yang membahagiakan.


Tanpa disadari pembaca mudah terbawa suasana, kisah yang rumit, tapi sukses membuat penasaran hingga pada akhirnya tidak tertebak dengan tepat. Siapa sangka nuansa romantis yang sedari awal dibangun berakhir dengan pilu. Belajar bagaimana ikhlas merelakan perasaan. Seperti yang tertuang dalam puisi halaman 237 berbunyi,


KELAK


Ingatan tentangmu akan selalu ada

Tak mungkin hilang dari kepalaku

Tak pernah beranjak


Aku akan berusaha

Berdamai dengan keadaan

Juga diri sendiri

Kau pun harus begitu


Kelak…

Aku menemukan bahagiaku

Begitu pun denganmu


Menurut saya, buku ini membuat perasaan campur aduk. Saya tipe yang menghindari membaca novel atau cerita sad ending, karena pasti nggak bisa berpikir objektif. Tapi buku ini sangat menyentuh sekali, tiap baris kata-kata yang tertuang mampu membuat pembacanya terbuai seolah kata-kata itu untuknya atau dari diri pembaca untuk siapapun orang yang dituju.


-sA-


 

No comments:

Post a Comment

Terlahir dengan Takdir Berbeda